Selasa, 17 Desember 2013

Artikel

Linguistik sebagai ilmu yang mempelajari dan menelaah bahasa, memilih persamaan dengan ilmu-ilmu lainnya dalam hal sejarah dan perkembangannya bersifat dinamis. Dalam tradisi yunani kuno dikenal pertama kali bahwa linguistik berkembang pesat melahirkan prespektif-prespektif baru dalam bidangnya. Ferdinant de Saussure (1857-1913): dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern berdasarkan pandangan-pandangannya yang penting dalam bidang linguistik. Salah satu pakar linguistik di eropa timur yang dikenal sebagai Aliran Praha-pengaruh. Dalam aliran Praha ini lebih menjelaskan tentang Fonologi, Sintaksis, dan Morfofonologi. Aliran praha sangat besar terutama dalam bidang Fonologi dengan menerapkan teori saussure kepada penjabaran konsep fonem. Selain menekankan pada bidang fonologi, aliran ini juga menekankan pada bidang Sintaksis, sedangkan dalam bidang Morfologi tidak terlalu banyak. Rumusan dalam kajian artikel ini meliputi Bagaimana siswa dalam menerapkan Tentang Aliran Praha ini kedalam pelajaran bahasa indonesia dan Bagaimana siswa menerapkan suatu bidang fonologi, sintaksis, dan morfofonologi ke dalam pelajaran bahasa indonesia. Sedangkan dalam artikel ini mempunyai tujuan yaitu Agar Siswa lebih menegerti dan dapat berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar dari segi tulisan maupun secara lisan dan  Siswa bisa menerapkan serta memahami tentang fonologi, sintaksis, dan morfofonologi. Adapun manfaatnya yaitu Siswa dapat berbahasa indonesia dengan baik dan benar dari segi tulisan maupun secara lisan, Selain itu siswa dapat menerapkan bidang fonologi, sintaksis, maupun morfofonologi kedalam sebuah kalimat bahasa indonesia  yang baik dan benar.
2. Isi
   Pertama dalam aliran Praha ini adalah di bidang Fonologi. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi (bahasa), bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam fonologi dibedakan menjadi dua yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari pembentukan bunyi bahasa. Fonetik dibedakan atas tiga jenis, yaitu: Fonetik Artikulatoris, Fonetik Akustis, dan Fonetik  Auditoris. Fonetik artikulatoris mempelajari mekanisme alat bicara manusia. Fonetik akustis mempelajari bunyi sebagai gejala fisis. Fonetik auditoris mempelajari mekanisme telinga menerima bunyi bahasa. Sedangkan fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa sebagai pembeda arti. Ukuran untuk menentukan apakah bunyi-bunyi ujaran beroposisi atau tidak adalah makna : perbedaan fonetis yang tidak menimbulkan perbedaan semantik tidaklah di distingitif. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, kontras antara p dan b, dan antara t dan d dapat terjadi pada posisi awal dan tengah, seperti pada contoh (1) tetapi tidak terjadi pada posisi akhir, seperti pada contoh (2) karena maknanya tetap sama.
(1)   paku x baku, tepas x tebas
(2)   adat x adad,  jawab x jawap
Ketiadaan kontras seperti ini disebut netralisasi dan varian yang dihasilkan dari netralisasi disebut arkifonem, yang lazim dilambangkan dengan huruf besar. Dalam contoh /jawab/ X /jawap/ arkifonemnya dapat dilambangkan dengan huruf /P/ atau /B/ dan dalam contoh /abad/ X /abat/ arkifonemnya dilambangkan dengan huruf /D/ atau /T/.Demikianlah, fonem merupakan seberkas ciri-ciri pembeda. Selanjutnya, fonem dapat dibatasi sebagai suatu rangkaian pilihan berpasangan.
Dalam ajaran fonologi tersebut siswa diharapkan dapat memahami dan bisa mengucapkan suatu kalimat bahasa indonesia dengan baik dan benar. Selain itu siswa seharusnya bisa mengerti bagaimana pembentukan proses suatu bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia dan bisa mengerti maknanya. Dengan berkembangnya zaman tersebut banyak siswa sekolah yang kesulitan untuk mengucapkan suatu bahasa indonesia dengan baik, walaupun bahasa indonesia merupakan bahasa sehari-hari. Tetapi kenyataanya mereka masih lemah. Dengan adanya pelajaran fonologi tersebut yang diterapkan disekolah dapat membantu siswa untuk mengucapkan suatu bunyi bahsa dengan baik dan benar.
Yang kedua dalam aliran praha ini dibidang morfofonologi. Morfofonolgi merupakan Bidang yang menghubungkan tingkat fonologi dan morfologi. Dalam bidang ini siswa meneliti perubahan-perubahan fonologis yang terjadi akibat hubungan morfem dengan morfem pada sebuah kalimat. Misal fonem /p/ dan /b/ tidak berkontras, tetapi bila kata /jawab/ yang mungkin dilafalkan /jawap/ atau /jawap/ diimbuhi sufiks-an, maka hasilnya adalah /jawaban/ dan bukannya /jawapan/. Jadi siswa menhubungkan bunyi bahasa dan struktur kalimat bahsa indoneisa supaya dapat dilafalkan secara benar.

Yang ketiga dalam aliran praha dibidang sintaksis. Sintaksis merupakan membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Dalam sistaksis siswa mempelajari tentang 1) struktur sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis, 2) dalam satuan- satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. 3) hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dll. Siswa pada saat ini sangat lemah dengan membuat kalimat secara benar, mereka tanpa memperhatikan struktur kalimatnya. Contoh pada kalimat “Ani Belajar Matematika setiap hari dirumah sofi”. Siswa harus tahu struktur kalimatnya dimana “Ani” sebagai Subjek, “Belajar “ sebagai Predikat, “Matematika” sebagai Objek, dan “setiap hari dirumah sofi” sebagai Keterangan. Selain struktur formalnya juga terdapat sruktur informasinta yaitu “Tema dan Rema”. Tema adalah apa yang dibicarakan, sedangkan rema adalah apa yang dikatakan tema. Tiap kalimat terdiri dari dua bagian, yaitu tema dan rema.  Yang sangat tinggi tatarannya dalam sintaksis ini wacana. Terkadang siswa sulit untuk mengindentifikasi dalam sebuah wacana tersebut. dengan adanya sintaksis ini diharapkan siswa tidak kesulitan dalam membuat sebuah kalimat, frase, klausa maupun wacana, sehingga bahasa indonesia bisa terus untuk dikembangkan dengan baik dan benar secara tulisan maupun lisan. 

0 komentar:

Posting Komentar