Rabu, 18 Desember 2013

Teknik Menulis Cerpen

Ø  MENULIS CERITA PENDEK (Bagian Pertama)
Siapa yang tidak bangga jika cerpennya dimuat di majalah Kawanku, Gadis, Hai, atau mungkin di surat kabar Kedaulatan Rakyat, Kompas? Kiranya tidak ada yang tidak senang. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh mulai dari diberi ucapan selamat dari teman-temannya, diberi predikat baru sebagai “sastrawan”, mendapat honorarium, dan mungkin guru Bahasa Indonesianya memberikan “bonus” nilai.

Kemampuan menulis karya sastra pada satu sisi diyakini sebagai sebuah bakat yang nota bene dibawa seseorang sejak lahir, namun pada sisi lain diyakini sebagai sebuah hasil belajar. Dari berbagai sharing pengalaman dari orang-orang yang sudah menghasilkan karya sastra, sebagian besar di antaranya mengatakan bahwa kemampuan mereka lebih banyak ditentukan oleh latihan, latihan, dan latihan. Kalau dibuat perbandingan, factor bakat hanya memberikan kontribusi 10-15%, sedangkan selebihnya adalah factor belajar dan latihan. Tuntutan yang diberikan oleh kurikulum untuk siswa SMA sebenarnya tidak terlalu tinggi. Namun, tidak ada salahnya jika kemampuan menulis cerpen yang akan dipelajari ini dapat memberikan bekal hidup di kelak kemudian hari. Artinya, siapa tahu dengan sungguh-sungguh belajar menulis cerpen, ketika menempuh pendidikan di perguruan tinggi, para siswi dapat ”nyambi” mencari uang saku melalui cerpen. Di sela-sela kuliah mereka dapat menghasilkan cerpen yang kemudian dikirim ke media massa, dan kalau dimuat akan mendapat uang saku. Dengan demikian, generasi muda ini tidak seratur persen bergantung pada orangtua mereka. Dengan kemandirian finansial seperti itu proses hidup sebagai ”parasit” bagi orang lain dapat sesegera mungkin diakhiri.

0 komentar:

Posting Komentar