Rabu, 18 Desember 2013

FONOLOGI

Kedudukan Fonologi dalam Linguistik
Istilah FONOLOGI berasal dari kata FON yang berarti bunyi dan LOGOS yang berarti ilmu pengetahuan. FONOLOGI adalah ilmu yang mempelajari bunyi (bahasa), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Ø  Pembagian Bidang Fonologi :Fonologi dibagi dalam dua bidang yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonetik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan bunyi bahasa. Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa sebagai pembeda arti.
Ø  Pembagian Fonetik : Fonetik dibedakan atas tiga jenis, yaitu: Fonetik Artikulatoris, Fonetik Akustis, dan Fonetik  Auditoris. Fonetik artikulatoris mempelajari mekanisme alat bicara manusia.Fonetik akustis mempelajari bunyi sebagai gejala fisis. Fonetik auditoris mempelajari mekanisme telinga menerima bunyi bahasa.

Ø   FONETIK ARTIKULATORIS
Alat ucap manusia yang pokok adalah PARU-PARU sebagai sumber udara, PITA SUARA, ALAT UCAP (LIDAH, BIBIR, DSB).
 3 BAGIAN BESAR  ALAT UCAP
Proses Terjadinya Bunyi Bahasa
  1. Udara mengalir melalui paru-paru
  2. Udara digetarkan pada bagian pita suara (proses fonasi)
  3. Udara keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung dengan/tanpa hambatan
Arus Udara : adalah sumber energi utama bagi pembentukan bunyi bahasa.Arus udara ada dua macam, yaitu: ARUS UDARA INGRESIF dan ARUS UDARA EGRESIF.
Pita Suara : Pita suara digetarkan oleh udara yang  keluar atau masuk dalam paru-paru.Terletak pada pangkal tenggorok (laring). Pita suara dapat MEMBUKA, MEMBUKA LEBAR, MENUTUP, dan MENUTUP RAPAT. Celah antara sepasang pita suara disebut GLOTIS.
Epiglotis (katup Pangkal Tenggorok) : Berfungsi untuk melindungi masuknya makanan atau minuman ke batang tenggorok.Tidak mempunyai peran dalam pembentukan bunyi bahasa.
Rongga Kerongkongan (faring) : Terletak di antara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Berfungsi sebagai saluran makanan dan minuman. Berperan sebagai tabung udara yang ikut bergetar bila pita suara bergetar.
Langit-langit  Lunak (Velum) : Bagian ujung langit-langit lunak disebut uvula (anak tekak) yang dapat turun naik. Dalam keadaan bernapas normal, langit-langit lunak beserta anak tekak menurun sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung.
KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
Ada tidaknya gangguan (vokal, konsonan, semi vokal), Arah udara (egresif dan ingresif), Pita suara (bunyi bersuara, bunyi tak bersuara), Saluran lewatan udara (oral, nasal, sengau), Mekanisme artikulasi (bilabial, dental,dsb), Cara gangguan (stop hambat, alir, frikatif, dsb).
BUNYI VOKAL
Bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi (Muslich, 2008). Bunyi yang dihasilkan tanpa hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Hambatan pada bunyi vokal hanya terjadi pada pita suara saja.
VOKAL KARDINAL : Daniel Jones, seorang ahli fonetik dari Inggris memperkenalkan sistem vokal kardinal (cardinal vowels). Vokal kardinal ialah bunyi-bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu.Vokal kardinal digunakan sebagai acuan perbandingan dalam deskripsi vokal semestaan bahasa di dunia.
CONTOH BUNYI VOKAL BAHASA INDONESIA
BUNYI KONSONAN
Bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Apabila proses artikulasi disertai bergetarnya pita suara, menghasilkan konsonan bersuara [b,d, g, j]. Apabila proses artikulasi tidak disertai bergetarnya pita suara (glotis terbuka) menghasilkan konsonan tak bersuara [k, p, t, s].
KLASIFIKASI KONSONAN : Cara dihambat (artikulasi), Tempat hambatan (tempat artikulasi), Hubungan posisional antara penghambat-penghambatnya atau hubungan antara artikulator aktif dan pasif (striktur), Bergetar tidaknya pita suara .
BUNYI SEMI-VOKAL : Bunyi semi-vokal secara praktis termasuk konsonan. Contoh: [w] proses pembentukannya menyerupai [u], namun bibir yang membentuk bundaran dipersempit sehingga arus udara hampir terhambat (labialisasi). Semi-vokal [y]  proses pembentukannya menyerupai [i], namun posisi lidah dinaikkan terlalu tinggi ke arah langit-langit keras (palatalisasi).
BUNYI DIFTONG : Diftong (vokal rangkap) adalah dua buah vokal yang dibunyikan dalam kesatuan waktu. Diftong ada dua macam, yaitu diftong naik dan diftong turun. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat diftong naik [ai, oi, au]. Contoh diftong lain: oi, ai, ui (bahasa Madura), ua, uo, ue (bahasa Jawa).
BUNYI KLUSTER : Kluster (konsonan rangkap) adalah dua atau tiga konsonan yang dibunyikan dalam kesatuan waktu. Pola bunyi dalam bahasa Indonesia sebenarnya tidak mengenal kluster. Kluster yang digunakan dalam bahasa Indonesia merupakan serapan. Contoh: [pr], [tr], [fr], [bl], [kl], [kw], [dw], [sw], [str], [skr],... dst
BUNYI SUPRASEGMENTAL : a)Bunyi-bunyi yang menyertai bunyi segmental, b)Bunyi suprasegmental (prosodi) meliputi nada, tekanan, durasi, jeda, c)Nada menyangkut tinggi rendahnya suatu bunyi, d)Tekanan menyangkut keras lemahnya bunyi diujarkan, e)Durasi menyangkut panjang pendeknya bunyi, f)Jeda menyangkut perhentian (kesenyapan) bunyi.
NADA (PITCH) : Nada dapat dibedakan atas nada naik, nada datar, nada turun, nada turun naik, nada naik turun.Nada dipengaruhi ketegangan pita suara dan getaran pita suara. Semakin tegang, semakin cepat getarannya, nada yang terdengar semakin tinggi. Dalam bahasa Indonesia, nada tidak fungsional (tidak membedakan makna).
TEKANAN (STRESS) : Tekanan dipengaruhi kekuatan arus udara. Semakin kuat ketegangan arus udara, bunyi terdengar semakin keras.Tekanan dibedakan atas tekanan keras dan tekanan lunak (lemah). Dalam bahasa Indonesia, tekanan tidak membedakan makna dalam tataran kata, tetapi membedakan maksud dalam tataran kalimat.
DURASI : Durasi dalam bahasa Indonesia tidak fungsional dalam tataran kata, tetapi fungsional dalam tataran kalimat.Contoh: awas jatuh [awa:s/ jatu:h], saya senang [saya sena:ng]
JEDA : Jeda atau perhentian dapat terjadi antarkalimat, antarkata, antarsilaba.Jeda antarsilaba ditandai [+], antarkata [/], antarfrase [//], antarkalimat [#]. Dalam bahasa Indonesia, jeda fungsional. Contoh: anak/pejabat yang nakal anak pejabat/ yang nakal .
PERUBAHAN BUNYI : ASIMILASI, DISIMILASI, MODIFIKASI VOKAL, NETRALISASI, ZEROISASI, METATESIS, DIFTONGISASI, MONOFTONGISASI, dan ANAPTIKSIS.
Bunyi lingual cenderung berubah karena lingkungannya Perubahan bunyi lingual dibedakan atas (1) perubahan fonetis (2) perubahan fonemis. Perubahan fonetis tidak mengubah identitas fonem, contoh: [t] pada [tentang] dan [tendang]. Perubahan fonemis mengubah identitas fonem, contoh: [vis] – [ik eet fis]
ASIMILASI : Perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama. Asimilasi dapat digolongkan menjadi (1) asimilasi progresif, (b) asimilasi regresif, (c) asimilasi resiprokal.
ASIMILASI PROGRESIF : Bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Contoh:   top – stop.  [t] pada [top] apiko-dental [t] pada [stop] lamino-palatal, karena [s] adalah lamino-palatal. Contoh:    [t] pada [tari] apiko-dental  [t] pada [santai] apiko-alveolar karena [n] apiko-alveolar.
ASIMILASI REGRESIF : Bunyi yang diasimilasikan terletak sebelum bunyi yang mengasimilasikan. Contoh: [k] pada [zak] velar tak bersuara,  [d] pada [doek] apiko-dental bersuara, [k] pada [zakdoek] velar bersuara.Contoh: meN + bawa = membawa, [N] berwujud [m] bilabial karena [b] pada [bawa] adalah bilabial.
ASIMILASI RESIPROKAL : Kedua bunyi saling mengasimilasikan sehingga menimbulkan bunyi baru. Contoh: [holan] + [ho] = [holakko], [suan] + [hon] = [suatton].
DISIMILASI : Perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh: [sajjana] – [sarjana], [sayur sayur] – [sayur mayur], [berajar] – [belajar]
MODIFIKASI VOKAL : Perubahan bunyi vokal sebagai pengaruh bunyi lain yang mengikutinya. Contoh: [oto] – [OtOt], [balI?] – [balikan]
NETRALISASI : Hilangnya fungsi pembeda suatu fonem akibat pengaruh lingkungan. Contoh: [b] pada [sebab] dibunyikan [p] karena [b] tidak mungkin ada pada posisi koda
ZEROISASI : Penghilangan bunyi fonemis sebagai upaya ekonomisasi pengucapan. Contoh: [tetapi] – [tapi]  aferesis, [pelangit] – [pelangi]  apokop,  [dahulu] – [dulu]  sinkop
METATESIS : Perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Contoh: kerikil – kelikir, jalur – lajur,  brantas – bantras, serap – resap, almari - lemari
DIFTONGISASI : Perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi vokal rangkap (diftong). Contoh: anggota – anggauta,teladan – tauladan, sentosa – sentausa.
MONOFTONGISASI :Perubahan dua bunyi vokal rangkap (diftong) menjadi vokal tunggal (monoftong). Contoh: kalau – kalo, danau – dano,  satai – sate.
ANAPTIKSIS : Perubahan bunyi dengan jalan menambahkan bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan untuk memperlancar ucapan. Contoh: mpu – empu (protesis), sloka – seloka (epentesis), adi – adik (paragog).
SUKU KATA (SILABA) : Satuan kenyaringan bunyi yang diikuti dengan satuan denyutan dada yang menyebabkan udara keluar dari paru-paru. Contoh: [mendaki] memiliki 3 puncak  kenyaringan bunyi [men+da+ki]. Pada umumnya struktur suku kata terdiri atas satu bunyi sonor yang berupa vokal.


2 komentar:

  1. permisi mbak mau tanya ini materinya dari source apa ya? Terima kasih

    BalasHapus
  2. saran: akan lebih bagus tulisannya jika disertai dengan dapus

    BalasHapus