This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 18 Desember 2013

Tips Menulis Puisi

Tema

Dalam menentukan Tema menurut saya tidak sulit, wakilkan saja perasaan sobat sebagai temanya. Misal sobat sedang "Jatuh Cinta" tentunya perasaan yang mewakili adalah perasaan senang, berflower-flower, optimisme dsb. Sebaliknya jika sedang "GALAU" wa aah ini ni biasanya kata-kata yang keluar afgan,rosa afgan,rosa Rhoma (terlaluhh) :D maksudnya kata-katanya sadis gitu. Ok untuk tema saya pikir itu yang perlu digaris bawahi adalah wakilkan perasaan sobat sebagai temanya.

Mulailah Menulis Kalimat

Setelah dapat nih temanya coba tulis sebuah kalimat sesuai tema, saya kasih contoh ya sedikit.
Jika perasaan sobat sedang bahagia:
"Hari ini ku lihat dunia tersenyum kepadaku, Seolah memintaku melakukan sesuatu"
itu hanya contoh sobat bisa mengexplore lagi lebih dalam.

Gunakan Majas dan Konotasi Kata

Ini sebenarnya resep rahasia membuat puisi terlihat enak dan lezat tadi bisa dibilang ini kata-kata hebatnya. Selain dua poin diatas jangan lupa selipkan beberapa bait menggunakan majas atau konotasi. Contohnya bisa sobat lihat dibeberapa puisi karya saya sebagian besar menggunakan ini saya beri satu contoh:
Ku melihat matahari terbenam di kamarku
terpaku ku diam mencari alasan
terpaan jingga tak mampu menepis dua mata yang pedih
desisan suaranya tak mampu menuai hati yang sakit

Menulislah seperti sedang bercerita


Menulis puisi tidak usah sobat harus pusing, berceritalah. Apa yang sobat rasakan tuangkanlah. Cara ini lebih efektif dibanding sobat sengaja membuat puisi galau tapi perasaannya sedang bahagia. Intinya biar lebih menjiwai..hhi dan setelah itu tanpa sadar sobat akan menyadari "saya bisa merangkai kata-kata hebat"

Morfologi

 JENIS MORFEM BAHASA INDONESIA
A.Jenis Morfem Berdasarkan Kemampuan Berdistribusi
 Apabila diteliti lebih lanjut, ternyata bentuk-bentuk linguistik antara satu dengan lainnya mempunyai sifat tertentu dalam tuturan biasa.
·         Bentuk-bentuk yang dapat dipakai secara tersendiri dalam kalimat atau tuturan biasa disebut bentuk bebas atau free form atau free morpheme contohnya kamu, mana ,bisinis,dll.
·          Bentuk- bentuk linguistik yang berkondisi tidak dapat berdiri sendiri itu biasanya disebut sebagai bentuk terikat (bound form atau  bound morpheme),contohnya antara bentuk urus-  dan  –an pada kalimat selalu urusan bisinis tidak dapat disisipi bentuk lain apapun.
·         Sedangkan bentuk yang masih mempunyai kebebasan dikatakan sebagai bentuk semibebas (semi-free form atau  semi free morpheme).
·         Bentuk yang sangat terikat itu disebut bentuk unik  atau unique form atau unique morpheme, contohnya kata balau pada  kalimat Modelnya kacau balau begini dari kuliah.
B. Jenis Morfem Berdasarkan Produktivitasnya
            Bentuk-bentuk linguistik dapat dijeniskan atas dasar kemampuannya membentuk kata-kata. Biasanya hanya dibatasipada morfem-morfem terikat, khusunya afiks.  Dalam bahasa indonesia, ada morfem afiks yang sangat produktif membentuk kata-kata baru, ada yang tak produktif, bahkan ada yang sedang cenderung produktif dan sedang cenderung tak produktif.
·         Misalnya morfem afiks {ke-an} dapat membentuk kata baru : keterlaluan,keadilan,dll.
·         Kondisi yang sama dialami Afiks {-em-},{-el-},dan {-er-} pada kata gemetar, telunjuk, dan gerigi.
·         Kata Samsuri dalam morfologi dan Pembentukan kata(1988:18) bahwa ketiga afiks itu hanya mampu berproduksi saat dalam bahasa melayu dahulu,tetapi dalam bahasa Indonesia sekarang sama sekali tidak produktif.
·         Afiks produktif (productive affix) adalah morfem afiks yang terus menerus mampu membentuk kata-kata baru.
·         Afiks tak produktif (unproductive affix) adalah morfem afiks yang sudah tidak mampu lagi membentuk kata-kata baru.
C. Jenis Morfem Berdasarkan Relasi Antar Unsurnya
            Morfem-morfem segmental dalam bahasa Indonesia, ada yang unsur-unsurnya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pemakaiannya, tetapi ada pula yang sebaliknya. Contoh dalam kalimat kesuksesan selalu didambakan setiap manusia yang ingin maju. Kalimat itu terdiri atas 8 kata. Ada yang terdiri atas satu morfem (selalu,manusia, yang,ingin, maju), yang terdiri atas dua morfem (kesuksesan, setiap), dan yang terdiri atas tiga morfem (didambakan). Dalam pemakaiannya, unsur-unsur (dalam hal ini berupa fonem-fonem) yang membentuk morfem selalu, manusia, yang, inigin, maju, sukses, damba, se-, di-, dan –kan merupakan deretan fonem yang tak terpisahkan antara satu dengan lainnya.
Ø  Morfem utuh adalah morfem yang deretannya tidak terpisahkan
Ø  Morfem terbelah adalah morfem yang terpisah dalam pemakaiannya, seperti {ke-an}
D. Jenis Morfem Berdasarkan Sumbernya
            Berdasarkan sumbernya, morfem bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas morfem yang berasal dari bahsa Indonesia asli, morfem yang berasal dari bahasa daerah yang berada di wilayah Indonesia, dan morfem yang berasal dari bahasa asing.
·         Morfem afiks yang berasal dari bahasa Indonesia asli dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu : prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
·         Yang tergolong prefiks adalah {meN-},{ber-},{peN-},dsb. Yang tergolong infiks adalah {-el-}, {-em-}, dan {-er-}. Yang tergolong sufiks adalah {-an},{-kan},dan {-i}
Yang tergolong konfiks adalah {pe-an}, {ke-an}, {per-an}.
·         Morfem afiks seperti {ke-} dalam ketawa, {pra-} dalam prasangka, {-wan} dalam peragawan, {bi-} dalam bilingual, {non-} dalam nonpolitik adalah morfem afiks serapan yang dipakai dalam bahasa Indonesia.
·         Apabila morfem afiks yang berasal dari dari bahasa Indonesia asli hanya mempunyai arti gramatikal saja, maka afiks asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia pun harus demikian.
·         Dilihat dari distribusinya, apabila afiks {peN-an} misalnya, mampu melekat pada bentuk dasar dari bahasa Indonesia asli dan bentuk dasar serapan, maka afiks asing yang masuk kedalam bahsa Indonesia pun relatif harus mempunyai kemampuan demikian. Bentuk {-is} dalam pancasilais dan {-isasi} dalam turinisasi menunjukkan bahwa afiks asing itu telah menjadi keluarga bahasa Indonesia sebab afiks itu telah mampu melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia asli.
E. Jenis Morfem Berdasarkan Jumlah Fonem Yang Menjadi Unsurnya
            Dilihat dari jumlahnya, morfem-morfem itu ada yang berunsur satu fonem, tetapi ada juga yang berunsur lebih dari satu fonem.
Ø  Morfem yang berunsur satu fonem disebut monofonemis. Misalnya morfem {-i} dalam memtiki dan {a-} dalam amoral.
Ø  Morfem yang berunsur lebih dai satu fonem disebut polifonemis. Misalnya {an-}, {di-}, {ke-} (dua fonem), {ber-}, {meN-}, {dua}. {itu}, {api} (tiga fonem), {satu}, {daki}(empat fonem), {serta}, {makin} (lima fonem), {bentuk}, {sambil}(enam fonem), {cokelat}, (tujuh fonem), {semboyan}, {kerontang} (delapan fonem), {penasaran}, {sederhana} (Sembilan fonem), {malapetaka} (sepuluh fonem).
Ø  Secara konkret, morfem yang monofonemis itu hanyalah morfem afiks, sedangkan morfem-morfem yang berjenis lain belum ada yang monofonemis.
F. Jenis Morfem Berdasarkan Keterbukaannya Bergabung Dengan Morfem Lain
Dalam pemakaiannya, morfem-morfem bahasa indonesia ada yang mempunyai kemungkinan bergabung dengan morfem lain, tetapi ada juga yang tidak.
Kata-kata benda yang dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan pekerjaan, misalnya paku, bajak, jarum dan tongkat, mempunyai sifat keterbukaan yang berbeda. Kata paku dan bajak dapat dibentuk menjadi konstruksi yang lebih besar dengan membubuhkan afiks {meN-} dan {di-} sehingga menjadi memaku, dipaku, membajak dan dipajak. Akan tetapi, untuk membentuk konsep ‘melakukan pekerjan dengan alat jarum’ dan ‘melakukan pekerjaan dengan alat tongkat’, penutur bahasa indonesia belum pernah terdengar menggunakan konstruksi “menjarum dan menongkat”. Konsep itu hanya dapat menggunakan bentuk urai, misalnya menjahit dengan jarum dan memukul dengan tongkat. Oleh sebab itu, bentuk paku dan bajak dikatakan sebagai bentuk terbuka, sedangkan bentuk jarum dan tongkat dikatakan sebagai bentuk tertutup.
G. Jenis Morfem Berdasarkan Bermakna Tidaknya
            Atas dasar bermakna tidaknya morfem, ia bisa dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok yang tidak bermakna.
o   Morfem kelompok bermakna : sesuai dengan namanya –selalu bermakna, maknanya bisa dicari dalam kamus=kamus umum. Contohnya: lapar, lapor, kuda, merah, dll. Karena morfemnya langsung bermakna dan maknanya bisa diperiksa dalam kamus, bisa juga disebut morfem leksikal.
o   Morfem kelompok tidak bermakna : memang tidak punya makna (sendri). Contohnya {ter-}, {di-}, {peN-}, {se-}, {-i}, {-an}, {-el}, dll. Kelompok ini baru diketahui maknanya bila sudah berada dalam konstruksi yang lebih besar, atau dikatakan melekat pada bentuk- bentuk dasar, bentuk dari kelompok pertama. Karena itulah, morfem-morfem ini disebut saja morfem gramatikal.





BAB 3 : DISTRIBUSI MORFEM BAHASA INDONESIA
A.Distribusi Morfem Imbuhan (AFIKS)
            Morfem imbuhan dalam bahasa indonesia tergolong morfem terikat. Oleh sebab itu, dalam penggunaannya, selalu bergandeng atau digandengkan dengan bentuk atau morfem lain. Karena bentuk-bentuk yang dilekati oleh morfem imbuhan ini merupakan bentuk dasar, kiranya lebih tepat apabila kedua bentuk itu disebut bentuk dasar bebas dan bentuk dasar terikat.
1.      Penggabungan Morfem Imbuhan dengan Bentuk Dasar Bebas.
Segala morfem imbuhan baik imbuhan awal(prefiks), imbuhan tengah (infiks), imbuhan akhir (sufiks), maupun imbuhan terbelah (konfiks atau simulfiks), dapat bergabung dengan bentuk dasar bebas.
2.      Penggabungan Morfem Imbuhan dengan Bentuk Terikat.
Segala morfem imbuhan, baik prefiks, infiks, sufiks, maupun konfiks pun dapat
            Bergabung dengan bentuk dasar terikat.
B. Distribusi Morfem Ulang
            Berbeda dengan distribusi morfem afiks, morfem ulang dalam bahasa indonesia selalu bergabung dengan bentuk dasar bebas, baik bentuk dasar bebas tunggal maupun bentuk dasar bebas kompleks. Secara terperinci, kedua bentuk dasar yang dapat bergabung dengan morfem ulang.
1.      Penggabungan Morfem Ulang dengan Bentuk Dasar Bebas Tunggal Morfem dasar
Contoh: bebas tunggal (gunung) + morfem ulang = gunung-gunung,dll
2.      Penggabungan Morfem Ulang dengan Bentuk Dasar Kompleks Morfem dasar
Contoh : bebas kompleks (kebaikan)+ morfem ulang = kebaikan-kebaikan, dll.
C. Distribusi Morfem Dalam Bentuk Majemuk
            Unsur-unsur yang membentuk bentuk majemuk dalam bahasa indonesia mempunyai distribusi yang bermacam-macam. Misalnya, bentuk majemuk rumah makan,terdiri atas morfem {rumah} dan {makan}. Disamping dapat bergandeng secara majemuk dengan morfem {makan}, morfem {rumah} dapat juga bergandeng secara majemuk dengan morfem {api}, {dansa},dan {sakit}. Sehingga menjadi bentuk majemuk rumah api, rumah dansa, rumah sakit.
            Ada lagi bentuk majemuk yang salah satu unsurnya terdiri atas morfem terikat ketat atau morfem unik( unique morpheme) . bentuk majemuk gelap gulita, misalnya terdiri atas morfem {gelap} dan {gulita}. Morfem gelap tidak selalu bergabung dengan morfem gulita, tetapi gulita selalu bergabung dengan morfem gelap. Sebab itulah, morfem {gulita} dikatakan sebagai morfem terikat ketat atau morfem unik.

BAB 4 : KONSEP DASAR PROSES MORFOLOGIS
A.Pengertian Proses Morfologis
            Berdasarkan strukturnya, suatu kata dapat digolongkan atas dua macam, yaitu kata yang bermorfem tunggal atau monoforfemis dan kata yang bernorfem lebih dari satu atau poliformis. Peristiwa penggabungan morfem satu dengan morfem yang lain menjadi kata itulah yang disebut dengan proses morfologis.
B. Ciri Suatu Kata Yang Mengalami Proses Morfologis
            Morfem-morfem yang membentuk atau menjadi unsur  kata berbeda-beda fungsinya. Ada yang berfungsi sebagai tempat penggabungan dan ada yang berfungsi sebagai penggabung. Morfem yang sebagai tempat penggabungan biasanya disebut bentuk dasar.
·         Dilihat dari wujudnya, bentuk dasar dapat berupa pokok kata, bahkan berupa kelompok kata. misalnya, bentuk dasar kata menemukan, berjuang, dan perhubungan adalah pokok kata temu, juang, dan hubung.
·         Ciri lain bahwa suatu kata dikatakan mengalami proses morfologis ialah penggabungan atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami perubahan arti.
·         Contoh kata membantu. Kata itu hasil perpaduan bentuk dasar bantu dan afiks   {meN-}. Bentuk dasar bantu diikuti dengan penyesuaian bunyi, yaitu dari {meN-} menjadi {mem-}. Penyesuaian ini didasarkan atas sifat bunyi awal bentuk dasarnya. Karena bunyi awal bentuk dasar bantu adalah bilabial(bunyi bibir), bunyi akhir afiks {meN-} juga menyesuaikan diri menjadi bunyi nasal bilabial sehingga menjadi mem-. Penggabungan morfem lainnya yang mempunyai ciri sama misalnya {meN-}dengan buat,,bidik, bujuk,basmi, dll.
C. Macam Proses Morfologis
            Dalam bahasa indonesia, peristiwa pembentukkan kata ada tiga macam yaitu :
*      Pembentukkan kata dengan menambahkan morfem afiks pada bentuk dasar. Misalnya kata menulis terbentuk dari bentuk dasar tulis dan morfem imbuhan {meN-}.
*      Pembentukkan kata dengan mengulang bentuk dasar. Misalnya kata murid-murid terbentuk dari bentuk dasar murid, dengan morfem {ulang}
*      Pembentukkan kata dengan menggabungkan dua atau lebih bentuk dasar. Misalnya kata meja hijau yang terbentuk dari bentuk dasar meja dan hijau.


D. Pembentukkan Kata di Luar Proses Morfologis
            Proses morfologis mencatat hal-hal deskriptif dalam pembentukkan kata-kata (baru). Di luar itu, masih ada pembentukkan kata-kata baru dengan proses lain, yaitu akronim, abreviasi,abrevi-akronim,  kontraksi, kliping, dan afiksasi pungutan.
*      Akronim amat banyak dan sudah lama, apalagi akronimisasi merupakan gejala yang semakin frekuensi saja. Contoh dalam bahasa jawa paklik (bapak cilik),dalam bahasa indonesia contohnya pusdiklat (pusat pendidikan dan pelatihan),dll
*      Aberviasi adalah apa yang sehari-hari disebut “singkatan” (Sudaryanto,1983: 230). Yang diambil biasanya huruf terdepan, misalnya ABC (Anggota Bromo Corah),dll
*      Abreviakronim adalah gabungan antara akronim dengan abreviasi. Misalnya polri (Polisi Republik Indonesia),dll
*      Kontraksi atau pengerutan. Misalnya begitu(bagai itu), begini (bagai ini),dll
*      Kliping merupakan pengambilan suku khusus dalam kata yang selanjutnya dianggap sebagai kata baru. Misalnya influensa menjadi flu, profesional  menjadi  prof,dll

*      Proses dengan afiksasi pungutan tidak asing lagi. Kita lihat {anti-} (antikomunis, anti kekerasan), {non-} (nonformal, non –Amerika, non-pemerintah),dll

FONOLOGI

Kedudukan Fonologi dalam Linguistik
Istilah FONOLOGI berasal dari kata FON yang berarti bunyi dan LOGOS yang berarti ilmu pengetahuan. FONOLOGI adalah ilmu yang mempelajari bunyi (bahasa), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Ø  Pembagian Bidang Fonologi :Fonologi dibagi dalam dua bidang yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonetik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan bunyi bahasa. Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa sebagai pembeda arti.
Ø  Pembagian Fonetik : Fonetik dibedakan atas tiga jenis, yaitu: Fonetik Artikulatoris, Fonetik Akustis, dan Fonetik  Auditoris. Fonetik artikulatoris mempelajari mekanisme alat bicara manusia.Fonetik akustis mempelajari bunyi sebagai gejala fisis. Fonetik auditoris mempelajari mekanisme telinga menerima bunyi bahasa.

Ø   FONETIK ARTIKULATORIS
Alat ucap manusia yang pokok adalah PARU-PARU sebagai sumber udara, PITA SUARA, ALAT UCAP (LIDAH, BIBIR, DSB).
 3 BAGIAN BESAR  ALAT UCAP
Proses Terjadinya Bunyi Bahasa
  1. Udara mengalir melalui paru-paru
  2. Udara digetarkan pada bagian pita suara (proses fonasi)
  3. Udara keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung dengan/tanpa hambatan
Arus Udara : adalah sumber energi utama bagi pembentukan bunyi bahasa.Arus udara ada dua macam, yaitu: ARUS UDARA INGRESIF dan ARUS UDARA EGRESIF.
Pita Suara : Pita suara digetarkan oleh udara yang  keluar atau masuk dalam paru-paru.Terletak pada pangkal tenggorok (laring). Pita suara dapat MEMBUKA, MEMBUKA LEBAR, MENUTUP, dan MENUTUP RAPAT. Celah antara sepasang pita suara disebut GLOTIS.
Epiglotis (katup Pangkal Tenggorok) : Berfungsi untuk melindungi masuknya makanan atau minuman ke batang tenggorok.Tidak mempunyai peran dalam pembentukan bunyi bahasa.
Rongga Kerongkongan (faring) : Terletak di antara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Berfungsi sebagai saluran makanan dan minuman. Berperan sebagai tabung udara yang ikut bergetar bila pita suara bergetar.
Langit-langit  Lunak (Velum) : Bagian ujung langit-langit lunak disebut uvula (anak tekak) yang dapat turun naik. Dalam keadaan bernapas normal, langit-langit lunak beserta anak tekak menurun sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung.
KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
Ada tidaknya gangguan (vokal, konsonan, semi vokal), Arah udara (egresif dan ingresif), Pita suara (bunyi bersuara, bunyi tak bersuara), Saluran lewatan udara (oral, nasal, sengau), Mekanisme artikulasi (bilabial, dental,dsb), Cara gangguan (stop hambat, alir, frikatif, dsb).
BUNYI VOKAL
Bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi (Muslich, 2008). Bunyi yang dihasilkan tanpa hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Hambatan pada bunyi vokal hanya terjadi pada pita suara saja.
VOKAL KARDINAL : Daniel Jones, seorang ahli fonetik dari Inggris memperkenalkan sistem vokal kardinal (cardinal vowels). Vokal kardinal ialah bunyi-bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu.Vokal kardinal digunakan sebagai acuan perbandingan dalam deskripsi vokal semestaan bahasa di dunia.
CONTOH BUNYI VOKAL BAHASA INDONESIA
BUNYI KONSONAN
Bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Apabila proses artikulasi disertai bergetarnya pita suara, menghasilkan konsonan bersuara [b,d, g, j]. Apabila proses artikulasi tidak disertai bergetarnya pita suara (glotis terbuka) menghasilkan konsonan tak bersuara [k, p, t, s].
KLASIFIKASI KONSONAN : Cara dihambat (artikulasi), Tempat hambatan (tempat artikulasi), Hubungan posisional antara penghambat-penghambatnya atau hubungan antara artikulator aktif dan pasif (striktur), Bergetar tidaknya pita suara .
BUNYI SEMI-VOKAL : Bunyi semi-vokal secara praktis termasuk konsonan. Contoh: [w] proses pembentukannya menyerupai [u], namun bibir yang membentuk bundaran dipersempit sehingga arus udara hampir terhambat (labialisasi). Semi-vokal [y]  proses pembentukannya menyerupai [i], namun posisi lidah dinaikkan terlalu tinggi ke arah langit-langit keras (palatalisasi).
BUNYI DIFTONG : Diftong (vokal rangkap) adalah dua buah vokal yang dibunyikan dalam kesatuan waktu. Diftong ada dua macam, yaitu diftong naik dan diftong turun. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat diftong naik [ai, oi, au]. Contoh diftong lain: oi, ai, ui (bahasa Madura), ua, uo, ue (bahasa Jawa).
BUNYI KLUSTER : Kluster (konsonan rangkap) adalah dua atau tiga konsonan yang dibunyikan dalam kesatuan waktu. Pola bunyi dalam bahasa Indonesia sebenarnya tidak mengenal kluster. Kluster yang digunakan dalam bahasa Indonesia merupakan serapan. Contoh: [pr], [tr], [fr], [bl], [kl], [kw], [dw], [sw], [str], [skr],... dst
BUNYI SUPRASEGMENTAL : a)Bunyi-bunyi yang menyertai bunyi segmental, b)Bunyi suprasegmental (prosodi) meliputi nada, tekanan, durasi, jeda, c)Nada menyangkut tinggi rendahnya suatu bunyi, d)Tekanan menyangkut keras lemahnya bunyi diujarkan, e)Durasi menyangkut panjang pendeknya bunyi, f)Jeda menyangkut perhentian (kesenyapan) bunyi.
NADA (PITCH) : Nada dapat dibedakan atas nada naik, nada datar, nada turun, nada turun naik, nada naik turun.Nada dipengaruhi ketegangan pita suara dan getaran pita suara. Semakin tegang, semakin cepat getarannya, nada yang terdengar semakin tinggi. Dalam bahasa Indonesia, nada tidak fungsional (tidak membedakan makna).
TEKANAN (STRESS) : Tekanan dipengaruhi kekuatan arus udara. Semakin kuat ketegangan arus udara, bunyi terdengar semakin keras.Tekanan dibedakan atas tekanan keras dan tekanan lunak (lemah). Dalam bahasa Indonesia, tekanan tidak membedakan makna dalam tataran kata, tetapi membedakan maksud dalam tataran kalimat.
DURASI : Durasi dalam bahasa Indonesia tidak fungsional dalam tataran kata, tetapi fungsional dalam tataran kalimat.Contoh: awas jatuh [awa:s/ jatu:h], saya senang [saya sena:ng]
JEDA : Jeda atau perhentian dapat terjadi antarkalimat, antarkata, antarsilaba.Jeda antarsilaba ditandai [+], antarkata [/], antarfrase [//], antarkalimat [#]. Dalam bahasa Indonesia, jeda fungsional. Contoh: anak/pejabat yang nakal anak pejabat/ yang nakal .
PERUBAHAN BUNYI : ASIMILASI, DISIMILASI, MODIFIKASI VOKAL, NETRALISASI, ZEROISASI, METATESIS, DIFTONGISASI, MONOFTONGISASI, dan ANAPTIKSIS.
Bunyi lingual cenderung berubah karena lingkungannya Perubahan bunyi lingual dibedakan atas (1) perubahan fonetis (2) perubahan fonemis. Perubahan fonetis tidak mengubah identitas fonem, contoh: [t] pada [tentang] dan [tendang]. Perubahan fonemis mengubah identitas fonem, contoh: [vis] – [ik eet fis]
ASIMILASI : Perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama. Asimilasi dapat digolongkan menjadi (1) asimilasi progresif, (b) asimilasi regresif, (c) asimilasi resiprokal.
ASIMILASI PROGRESIF : Bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Contoh:   top – stop.  [t] pada [top] apiko-dental [t] pada [stop] lamino-palatal, karena [s] adalah lamino-palatal. Contoh:    [t] pada [tari] apiko-dental  [t] pada [santai] apiko-alveolar karena [n] apiko-alveolar.
ASIMILASI REGRESIF : Bunyi yang diasimilasikan terletak sebelum bunyi yang mengasimilasikan. Contoh: [k] pada [zak] velar tak bersuara,  [d] pada [doek] apiko-dental bersuara, [k] pada [zakdoek] velar bersuara.Contoh: meN + bawa = membawa, [N] berwujud [m] bilabial karena [b] pada [bawa] adalah bilabial.
ASIMILASI RESIPROKAL : Kedua bunyi saling mengasimilasikan sehingga menimbulkan bunyi baru. Contoh: [holan] + [ho] = [holakko], [suan] + [hon] = [suatton].
DISIMILASI : Perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh: [sajjana] – [sarjana], [sayur sayur] – [sayur mayur], [berajar] – [belajar]
MODIFIKASI VOKAL : Perubahan bunyi vokal sebagai pengaruh bunyi lain yang mengikutinya. Contoh: [oto] – [OtOt], [balI?] – [balikan]
NETRALISASI : Hilangnya fungsi pembeda suatu fonem akibat pengaruh lingkungan. Contoh: [b] pada [sebab] dibunyikan [p] karena [b] tidak mungkin ada pada posisi koda
ZEROISASI : Penghilangan bunyi fonemis sebagai upaya ekonomisasi pengucapan. Contoh: [tetapi] – [tapi]  aferesis, [pelangit] – [pelangi]  apokop,  [dahulu] – [dulu]  sinkop
METATESIS : Perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Contoh: kerikil – kelikir, jalur – lajur,  brantas – bantras, serap – resap, almari - lemari
DIFTONGISASI : Perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi vokal rangkap (diftong). Contoh: anggota – anggauta,teladan – tauladan, sentosa – sentausa.
MONOFTONGISASI :Perubahan dua bunyi vokal rangkap (diftong) menjadi vokal tunggal (monoftong). Contoh: kalau – kalo, danau – dano,  satai – sate.
ANAPTIKSIS : Perubahan bunyi dengan jalan menambahkan bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan untuk memperlancar ucapan. Contoh: mpu – empu (protesis), sloka – seloka (epentesis), adi – adik (paragog).
SUKU KATA (SILABA) : Satuan kenyaringan bunyi yang diikuti dengan satuan denyutan dada yang menyebabkan udara keluar dari paru-paru. Contoh: [mendaki] memiliki 3 puncak  kenyaringan bunyi [men+da+ki]. Pada umumnya struktur suku kata terdiri atas satu bunyi sonor yang berupa vokal.


Pengertian Linguistik

APA LINGUISTIK ????
n  Berdasarkan Kamus:
Hassan Shadily (1977:633-634): Linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan. Tujuan utamanya ialah mempelajari suatu bahasa secara deskriptif. Mempelajari bahasa berdasarkan sejarah atau ilmu perbandingan bahasa, berarti mempelajari hubungan satu bahasa dengan bahasa lainnya.
A.S. HORNBY, E.V. GATENBY,  H. WAKEFIELD (1961:733)
Sebagai kata sifat: Linguistics: the study of languages. Sebagai kata benda: Linguistics: the science of  language; methods of  learning and s tudying languages. (Linguistik: ilmu pengetahuan bahasa; metoda pelajaran dan belajar bahasa). Linguist kata benda yang berarti a person who is clever in foreign languages/ orang yang mengetahui bahasa asing (menguasai banyak bahasa.).
Secara etimologis
Linguistikà lingua (Latin) yang bermakna bahasa. sama dengan langue, langage (Perancis)  berpadanan dengan lengua (spanyol) dan  lingua (Italia). Ferdinand de Saussure, Seorang sarjana swiss yang merupakan pelopor linguistik modern dalam bukunya Cours de linguistique générale (1916) mengemukakan istilah langage, langue dan parole. Langage dalam bahasa Perancis berarti bahasa pada umumnya. Langue dalam bahasa Perancis bermakna bahasa tertentu misalnya bahasa Indonesia, Bahasa Madura, Bahasa Jepang dll. Parole berarti logat, ucapan, perkataan (speech Ingris). Language dalam bahasa Ingris maknanya dapat meliputi langue dan langage dalam bahasa Perancis.
Linguistik : ilmu bahasa atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut:
The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”

Pengertian lain: Secara umum linguistik adalah bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.

Jenis-Jenis Keterampilan Berbahasa

II. Jenis – Jenis Keterampilan Berbahasa 

Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.

1.    Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa kedua.

Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantuan melakukan aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelsan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
·         Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short term memory).
·         Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target.
·         Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
·         Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.
·         Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns) 
2.    Keterampilan Berbicara
Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana permbicara harus dapat;
·         Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.
·         Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara.
·         Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
·         Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.
·         Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar.

3.    Keterampilan Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah :
·         Mengenal sistem tulisan yang digunakan.
·         Mengenal kosakata.
·         Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan  gagasan utama.
·         Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari   konteks tertulis.
·         Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

4.    Keterampilan Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis. 
·         Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan.
·         Memilih kata yang tepat.
·         Menggunakan bentuk kata dengan benar.
·         Mengurutkan kata-kata dengan benar.
·         Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.

5. Keterampilan Menulis 
Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis. Keterampilan menulis untuk saat sekarang telah menjadi rebutan dan setiap orang berusaha untuk dapat berperan dalam dunia menulis. Banyak orang berusaha meningkatkan keterampilan menulisnya dengan harapan dapat menjadi penulis handal. 

Seperti diketahui, menulis itu adalah sebuah keterampilan sehingga dapat dilatih sedemikia rupa meningkatkan kemampuan tersebut. Dalam dunia penulisan, pengetian keterampilan menulis seringkali menjadi sesuatu yang bias sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini banyak dibuktikan dari kenyataan banyak yang menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat.


Apakah benar, kemampuan menulis itu ditentukan oleh bakat? Jika ditelaah pengertian bakat, setidaknya secara sederhana anda dapat  mengatakan bahwa  bakat adalah kemampuan yang dimiliki dan dibawa seseorang sejak lahir. Padahal sebenarnya pengertian keterampilan menulis itu adalah keterampilan itu sendiri. Artinya, seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara langsung atau melatih dirinya sehingga terampil. Dengan demikian pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara itens, khusus dalam bidang menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara itens, maka seseorang dapat terampil menulis.