Selasa, 17 Desember 2013

Linguistik Umum

APA LINGUISTIK ????
n  Berdasarkan Kamus:
Hassan Shadily (1977:633-634): Linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan. Tujuan utamanya ialah mempelajari suatu bahasa secara deskriptif. Mempelajari bahasa berdasarkan sejarah atau ilmu perbandingan bahasa, berarti mempelajari hubungan satu bahasa dengan bahasa lainnya.
A.S. HORNBY, E.V. GATENBY,  H. WAKEFIELD (1961:733)
Sebagai kata sifat: Linguistics: the study of languages. Sebagai kata benda: Linguistics: the science of  language; methods of  learning and s tudying languages. (Linguistik: ilmu pengetahuan bahasa; metoda pelajaran dan belajar bahasa). Linguist kata benda yang berarti a person who is clever in foreign languages/ orang yang mengetahui bahasa asing (menguasai banyak bahasa.).
Secara etimologis
Linguistikà lingua (Latin) yang bermakna bahasa. sama dengan langue, langage (Perancis)  berpadanan dengan lengua (spanyol) dan  lingua (Italia). Ferdinand de Saussure, Seorang sarjana swiss yang merupakan pelopor linguistik modern dalam bukunya Cours de linguistique générale (1916) mengemukakan istilah langage, langue dan parole. Langage dalam bahasa Perancis berarti bahasa pada umumnya. Langue dalam bahasa Perancis bermakna bahasa tertentu misalnya bahasa Indonesia, Bahasa Madura, Bahasa Jepang dll. Parole berarti logat, ucapan, perkataan (speech Ingris). Language dalam bahasa Ingris maknanya dapat meliputi langue dan langage dalam bahasa Perancis.
Linguistik : ilmu bahasa atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut:
The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”
Pengertian lain: Secara umum linguistik adalah bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
Ø  Linguistik dan Linguis
Linguistik berasal dari bahasa latin yaitu lingua yang berarti bahasa. Istilah dari prancis linguistik adalah linguistique; dari bahasa inggris adalah linguistics.
Pakar linguistic di sebut juga Linguis.
Ø  Ciri Keilmuan Linguistik
Linguistik memunyai 3 ciri yaitu:
a. Eksplisit
Adalah jelas, menyeluruh, tidak memunyai dua makna, pasti atau konsisten.
Contoh:
MeN+tulis=menulis
Men+tanam=menanam
b. Sistematis
Adalah berpola dan beraturan
 MeN+ubah→ Mengubah
 MeN+ukur → Mengukur
Kalimat atau kata senantiasa memiliki pola yang jelas, perubahan yang terjadi pada sebuah karakter kalimat atau kata akan tetap demikian pada kata yang lain.
c. Objektif
 sesuai keadaan atau apa adanya.
Yang diteliti dalam bahasa ialah ordinary language atau bahasa seperti apa adanya, aslinya, tanpa ada pengubahan.
Peneliti memotret fenomena kebahasaan sesuai realita.
Misalnya: fenomena bahasa dalam judul berita
Kejaksaan *Ungkap Kejahatan Perbankan.

Ø  Bahasa
bahasa, seperti dinyatakan oleh Haidegger, adalah tempat tinggal manusia (The House of Being), karena dengan bahasa ini pulalah dapat diungkapkan apa yang diinginkan oleh manusia, dengan bahasa pulalah makna hadir dengan bebasnya dalam atmosfir kesadaran manusia.
Ø  Hakikat Linguistik
Hakikat Linguistik.
Ferdinand de Saussure (Prancis)
di anggap sebagai pelopor linguistic modern.
Bukunya yang terkenal adalah Cours de linguistique generale (1916).Istilah yang dugunakannya digunakan hingga kini dalam linguistik (langage, langue, parole)
.
Ø  Berbagai dikotomi istilah pokok dalam kajian linguistic
(a). Langue vs parole,  (b). Kompetensi vs performansi,  (c). Struktur dalam vs struktur    permukaan,  (d). Struktur vs fungsi.
Ø  Langage, Langue, dan Parole
1) Langage.
Adalah satu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan; adalah bahasa yang sifatnya umum.
2) Langue.
Adalah mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu yang ada dalam benak seseorang; bahasa tertentu, misal: bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dll
3) Parole.
Adalah ujaran yang di ucapkan atau di dengar oleh kita.
Ø  Langage: Sebuah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal di antara sesama pemakai bahasa. Bersifat abstrak dan juga bersifat universal sebab langage adalah satu sistem lambang bunyi yang digunakan manusia pada umumnya, bukan manusia pada suatu tempat atau masa tertentu. Dalam bahasa Indonesia langage bisa dipadankan dengan kata bahasa seperti terdapat dalam kalimat “manusia mempunyai bahasa, binatang tidak”. Jadi, penggunaan istilah bahasa dalam kalimat tersebut, sebagai padanan kata langage, tidak mengacu pada salah satu bahasa tertentu, melainkan mengacu pada bahasa umumnya sebagai sarana komunikasi manusia.
Ø  Langue : Sebuah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Mengacu pada satu sistem lambang bunyi tertentu yang jika dipadankan dengan bahasa dalam bentuk kalimat “Joni belajar bahasa Arab, sementara Taufik belajar bahasa Sunda”. Sebagaimana langage, langue juga punya pola, keteraturan, atau kaidah-kaidah yang dimiliki manusia, akan tetapi kaidah-kaidah itu bersifat abstrak alias tidak semata-mata digunakan.Langue adalah cabang linguistik yang menaruh perhatian pada tanda-tanda (sign) bahasa atau ada pula yang menyebutnya sebagai kode-kode (code) bahasa.
Ø  Parole : Jika istilah langage dan langue bersifat abstrak, maka istilah yang ketiga dari konsep Saussure tentang bahasa yaitu Parole itu bersifat konkret. Parole itu merupakan pelaksanaan dari langue dalam bentuk ujaran/tuturan yang dilakukan oleh anggota masyarakat di dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan bahasa dalam kalimat “ Kalau Kiayi Abd Wafi pidato, bahasanya penuh dengan kata demikian”. Jadi parole itu bersifat nyata, dan dapat diamati secara empiris.Parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa sebagaimana terlihat dalam penggunaannya.
Ø  Kompetensi ialah pengetahuan gramatika. Pembicara-pendengar yang ideal dalam suatu masyarakat yang homogen mengetahui dan menguasai kaidah-kaidah gramatika bahasanya. Pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat abstrak, yang berisi pengetahuan tentang kaidah, parameter atau prinsip-prinsip, serta konfigurasi konfigurasi sistem bahasa. Kompetensi kebahasaan merupakan pengetahuan gramatikal yang berada dalam struktur mental di belakang bahasa.
Ø  Performansi ialah Masalah bagaimana menggunakan bahasa dalam aktualisasi konkret Performansi itu tidak sepenuhnya mencerminkan kompetensi kebahasaan. Dikemukakan oleh Chomsky bahwa dalam pemakaian bahasa secara konkret banyak ditemukan penyimpangan kaidah, kekeliruan, namun semua itu masih dapat dipahami oleh pembicara-pendengar karena mereka mempunyai kompetensi kebahasaan.
Ø  Struktur Dalam ialah Disebut juga struktur batin (deep structure, deep grammar, underlying structure) Struktur yang mendasari kalimat untuk memaknai kata secara tidak langsung dari unsur kata yang membentuknya, misalnya: Meja kayu  dan Meja kantor.Berstruktur lahir sama, tetapi memiliki makna berbeda
Meja kayu menyatakan, ‘asal’
Meja kantor  menyatakan, ‘milik’
Ø  Struktur Permukaan ialah Disebut srtuktur lahir (surface structure) Hubungan gramatikal antara kata-kata dalam frase atau kalimat yang konkret, misalnya Meja kayu dan Meja kantor memunyai struktur lahir yang sama yaitu N+N.
Ø  Struktur ialah organisasi unsur bahasa yang bersifat ekstrinsik, bersifat abstrak, dan bersifat intuitif; pola bermakna dari unsur bahasa Misalnya kalimat:
Pemerintah melaksanakan kebijakan baru.
       S                P                    O
Ø  Fungsi ialah Peran unsur  bagian kalimat yang lebih luas, misalnya:
Pemerintah melaksanakan kebijakan baru.
Berfungsi    : Nomina -Verba   -Nomina
                Pemerintah melaksanakan kebijakan baru.
Str:                 S                     P                           O
Fung:            N                     V                           N
Bahasa Sebagai Sistem
n  Bahasa bukanlah unsur yang terkumpul secara tak beraturan. Karena bersistem maka bahasa bersifat sitematis: bahasa dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang berkombinasi denga kaidah-kaidah yang dapat diramalkan. Selain itu bahasa juga sistemis: bahasa bukanlah sistem yang tunggal melainkan terdiri dari beberapa subsistem yakni subsistem fonologi, subsistem gramatika dan subsistem leksikon. Bahasa adalah sistem lambang penggunaannya berdasarkan perjanjian dan untuk memahaminya harus dipelajari. Karena lambang maka bermakna: berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar masyarakat pemakainya. Karena lambang maka konvensional: harus dipelajari dan disepakati oleh pemakainya. Bahasa adalah sistem bunyi: Wujud alamiah bahasa adalah bunyi. Bersifat arbitrer: tak ada hubungan wajib antara satuan-satuan bahasa dengan yang dilambangkannya. Bersifat produktif:: unsurnya terbatas tetapi dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya. Abjad sedikit, kata banyak, kalimat lebih banyak lagi. Bersifat unik: setiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Bersifat universal. Ada sifat bahasa yang bersifat umum ada yang agak umum/ agak universil. Bahasa memiliki variasi, dialek, sosiolek dll. Berfungsi mengidentifikasikan diri. Dengan ciri khas bahasa maka suatu kelompok sisial berbeda dengan kelompok sosial yang lain. Bahasa menunjukkan bangsa.
Kedudukan Fonologi dalam Linguistik
Istilah FONOLOGI berasal dari kata FON yang berarti bunyi dan LOGOS yang berarti ilmu pengetahuan. FONOLOGI adalah ilmu yang mempelajari bunyi (bahasa), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Ø  Pembagian Bidang Fonologi :Fonologi dibagi dalam dua bidang yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonetik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan bunyi bahasa. Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa sebagai pembeda arti.
Ø  Pembagian Fonetik : Fonetik dibedakan atas tiga jenis, yaitu: Fonetik Artikulatoris, Fonetik Akustis, dan Fonetik  Auditoris. Fonetik artikulatoris mempelajari mekanisme alat bicara manusia.Fonetik akustis mempelajari bunyi sebagai gejala fisis. Fonetik auditoris mempelajari mekanisme telinga menerima bunyi bahasa.

Ø   FONETIK ARTIKULATORIS
Alat ucap manusia yang pokok adalah PARU-PARU sebagai sumber udara, PITA SUARA, ALAT UCAP (LIDAH, BIBIR, DSB).
 3 BAGIAN BESAR  ALAT UCAP
Proses Terjadinya Bunyi Bahasa
  1. Udara mengalir melalui paru-paru
  2. Udara digetarkan pada bagian pita suara (proses fonasi)
  3. Udara keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung dengan/tanpa hambatan
Arus Udara : adalah sumber energi utama bagi pembentukan bunyi bahasa.Arus udara ada dua macam, yaitu: ARUS UDARA INGRESIF dan ARUS UDARA EGRESIF.
Pita Suara : Pita suara digetarkan oleh udara yang  keluar atau masuk dalam paru-paru.Terletak pada pangkal tenggorok (laring). Pita suara dapat MEMBUKA, MEMBUKA LEBAR, MENUTUP, dan MENUTUP RAPAT. Celah antara sepasang pita suara disebut GLOTIS.
Epiglotis (katup Pangkal Tenggorok) : Berfungsi untuk melindungi masuknya makanan atau minuman ke batang tenggorok.Tidak mempunyai peran dalam pembentukan bunyi bahasa.
Rongga Kerongkongan (faring) : Terletak di antara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Berfungsi sebagai saluran makanan dan minuman. Berperan sebagai tabung udara yang ikut bergetar bila pita suara bergetar.
Langit-langit  Lunak (Velum) : Bagian ujung langit-langit lunak disebut uvula (anak tekak) yang dapat turun naik. Dalam keadaan bernapas normal, langit-langit lunak beserta anak tekak menurun sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung.
KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
Ada tidaknya gangguan (vokal, konsonan, semi vokal), Arah udara (egresif dan ingresif), Pita suara (bunyi bersuara, bunyi tak bersuara), Saluran lewatan udara (oral, nasal, sengau), Mekanisme artikulasi (bilabial, dental,dsb), Cara gangguan (stop hambat, alir, frikatif, dsb).
BUNYI VOKAL
Bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi (Muslich, 2008). Bunyi yang dihasilkan tanpa hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Hambatan pada bunyi vokal hanya terjadi pada pita suara saja.
VOKAL KARDINAL : Daniel Jones, seorang ahli fonetik dari Inggris memperkenalkan sistem vokal kardinal (cardinal vowels). Vokal kardinal ialah bunyi-bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu.Vokal kardinal digunakan sebagai acuan perbandingan dalam deskripsi vokal semestaan bahasa di dunia.
CONTOH BUNYI VOKAL BAHASA INDONESIA
BUNYI KONSONAN
Bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Apabila proses artikulasi disertai bergetarnya pita suara, menghasilkan konsonan bersuara [b,d, g, j]. Apabila proses artikulasi tidak disertai bergetarnya pita suara (glotis terbuka) menghasilkan konsonan tak bersuara [k, p, t, s].
KLASIFIKASI KONSONAN : Cara dihambat (artikulasi), Tempat hambatan (tempat artikulasi), Hubungan posisional antara penghambat-penghambatnya atau hubungan antara artikulator aktif dan pasif (striktur), Bergetar tidaknya pita suara .
BUNYI SEMI-VOKAL : Bunyi semi-vokal secara praktis termasuk konsonan. Contoh: [w] proses pembentukannya menyerupai [u], namun bibir yang membentuk bundaran dipersempit sehingga arus udara hampir terhambat (labialisasi). Semi-vokal [y]  proses pembentukannya menyerupai [i], namun posisi lidah dinaikkan terlalu tinggi ke arah langit-langit keras (palatalisasi).
BUNYI DIFTONG : Diftong (vokal rangkap) adalah dua buah vokal yang dibunyikan dalam kesatuan waktu. Diftong ada dua macam, yaitu diftong naik dan diftong turun. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat diftong naik [ai, oi, au]. Contoh diftong lain: oi, ai, ui (bahasa Madura), ua, uo, ue (bahasa Jawa).
BUNYI KLUSTER : Kluster (konsonan rangkap) adalah dua atau tiga konsonan yang dibunyikan dalam kesatuan waktu. Pola bunyi dalam bahasa Indonesia sebenarnya tidak mengenal kluster. Kluster yang digunakan dalam bahasa Indonesia merupakan serapan. Contoh: [pr], [tr], [fr], [bl], [kl], [kw], [dw], [sw], [str], [skr],... dst
BUNYI SUPRASEGMENTAL : a)Bunyi-bunyi yang menyertai bunyi segmental, b)Bunyi suprasegmental (prosodi) meliputi nada, tekanan, durasi, jeda, c)Nada menyangkut tinggi rendahnya suatu bunyi, d)Tekanan menyangkut keras lemahnya bunyi diujarkan, e)Durasi menyangkut panjang pendeknya bunyi, f)Jeda menyangkut perhentian (kesenyapan) bunyi.
NADA (PITCH) : Nada dapat dibedakan atas nada naik, nada datar, nada turun, nada turun naik, nada naik turun.Nada dipengaruhi ketegangan pita suara dan getaran pita suara. Semakin tegang, semakin cepat getarannya, nada yang terdengar semakin tinggi. Dalam bahasa Indonesia, nada tidak fungsional (tidak membedakan makna).
TEKANAN (STRESS) : Tekanan dipengaruhi kekuatan arus udara. Semakin kuat ketegangan arus udara, bunyi terdengar semakin keras.Tekanan dibedakan atas tekanan keras dan tekanan lunak (lemah). Dalam bahasa Indonesia, tekanan tidak membedakan makna dalam tataran kata, tetapi membedakan maksud dalam tataran kalimat.
DURASI : Durasi dalam bahasa Indonesia tidak fungsional dalam tataran kata, tetapi fungsional dalam tataran kalimat.Contoh: awas jatuh [awa:s/ jatu:h], saya senang [saya sena:ng]
JEDA : Jeda atau perhentian dapat terjadi antarkalimat, antarkata, antarsilaba.Jeda antarsilaba ditandai [+], antarkata [/], antarfrase [//], antarkalimat [#]. Dalam bahasa Indonesia, jeda fungsional. Contoh: anak/pejabat yang nakal anak pejabat/ yang nakal .
PERUBAHAN BUNYI : ASIMILASI, DISIMILASI, MODIFIKASI VOKAL, NETRALISASI, ZEROISASI, METATESIS, DIFTONGISASI, MONOFTONGISASI, dan ANAPTIKSIS.
Bunyi lingual cenderung berubah karena lingkungannya Perubahan bunyi lingual dibedakan atas (1) perubahan fonetis (2) perubahan fonemis. Perubahan fonetis tidak mengubah identitas fonem, contoh: [t] pada [tentang] dan [tendang]. Perubahan fonemis mengubah identitas fonem, contoh: [vis] – [ik eet fis]
ASIMILASI : Perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama. Asimilasi dapat digolongkan menjadi (1) asimilasi progresif, (b) asimilasi regresif, (c) asimilasi resiprokal.
ASIMILASI PROGRESIF : Bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Contoh:   top – stop.  [t] pada [top] apiko-dental [t] pada [stop] lamino-palatal, karena [s] adalah lamino-palatal. Contoh:    [t] pada [tari] apiko-dental  [t] pada [santai] apiko-alveolar karena [n] apiko-alveolar.
ASIMILASI REGRESIF : Bunyi yang diasimilasikan terletak sebelum bunyi yang mengasimilasikan. Contoh: [k] pada [zak] velar tak bersuara,  [d] pada [doek] apiko-dental bersuara, [k] pada [zakdoek] velar bersuara.Contoh: meN + bawa = membawa, [N] berwujud [m] bilabial karena [b] pada [bawa] adalah bilabial.
ASIMILASI RESIPROKAL : Kedua bunyi saling mengasimilasikan sehingga menimbulkan bunyi baru. Contoh: [holan] + [ho] = [holakko], [suan] + [hon] = [suatton].
DISIMILASI : Perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh: [sajjana] – [sarjana], [sayur sayur] – [sayur mayur], [berajar] – [belajar]
MODIFIKASI VOKAL : Perubahan bunyi vokal sebagai pengaruh bunyi lain yang mengikutinya. Contoh: [oto] – [OtOt], [balI?] – [balikan]
NETRALISASI : Hilangnya fungsi pembeda suatu fonem akibat pengaruh lingkungan. Contoh: [b] pada [sebab] dibunyikan [p] karena [b] tidak mungkin ada pada posisi koda
ZEROISASI : Penghilangan bunyi fonemis sebagai upaya ekonomisasi pengucapan. Contoh: [tetapi] – [tapi]  aferesis, [pelangit] – [pelangi]  apokop,  [dahulu] – [dulu]  sinkop
METATESIS : Perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Contoh: kerikil – kelikir, jalur – lajur,  brantas – bantras, serap – resap, almari - lemari
DIFTONGISASI : Perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi vokal rangkap (diftong). Contoh: anggota – anggauta,teladan – tauladan, sentosa – sentausa.
MONOFTONGISASI :Perubahan dua bunyi vokal rangkap (diftong) menjadi vokal tunggal (monoftong). Contoh: kalau – kalo, danau – dano,  satai – sate.
ANAPTIKSIS : Perubahan bunyi dengan jalan menambahkan bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan untuk memperlancar ucapan. Contoh: mpu – empu (protesis), sloka – seloka (epentesis), adi – adik (paragog).

SUKU KATA (SILABA) : Satuan kenyaringan bunyi yang diikuti dengan satuan denyutan dada yang menyebabkan udara keluar dari paru-paru. Contoh: [mendaki] memiliki 3 puncak  kenyaringan bunyi [men+da+ki]. Pada umumnya struktur suku kata terdiri atas satu bunyi sonor yang berupa vokal

0 komentar:

Posting Komentar