Linguistik
sebagai ilmu yang mempelajari dan menelaah bahasa, memilih persamaan dengan
ilmu-ilmu lainnya dalam hal sejarah dan perkembangannya bersifat dinamis. Dalam
tradisi yunani kuno dikenal pertama kali bahwa linguistik berkembang pesat melahirkan
prespektif-prespektif baru dalam bidangnya. Ferdinant de Saussure (1857-1913):
dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern berdasarkan pandangan-pandangannya
yang penting dalam bidang linguistik. Salah satu pakar linguistik di eropa
timur yang dikenal sebagai Aliran Praha-pengaruh. Dalam aliran Praha ini lebih
menjelaskan tentang Fonologi, Sintaksis, dan Morfofonologi. Aliran praha sangat
besar terutama dalam bidang Fonologi dengan menerapkan teori saussure kepada
penjabaran konsep fonem. Selain menekankan pada bidang fonologi, aliran ini
juga menekankan pada bidang Sintaksis, sedangkan dalam bidang Morfologi tidak
terlalu banyak. Rumusan dalam kajian artikel ini meliputi Bagaimana siswa dalam
menerapkan Tentang Aliran Praha ini kedalam pelajaran bahasa indonesia dan Bagaimana
siswa menerapkan suatu bidang fonologi, sintaksis, dan morfofonologi ke dalam
pelajaran bahasa indonesia. Sedangkan dalam artikel ini mempunyai tujuan yaitu Agar
Siswa lebih menegerti dan dapat berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar
dari segi tulisan maupun secara lisan dan
Siswa bisa menerapkan serta memahami tentang fonologi, sintaksis, dan
morfofonologi. Adapun manfaatnya yaitu Siswa dapat berbahasa indonesia dengan
baik dan benar dari segi tulisan maupun secara lisan, Selain itu siswa dapat
menerapkan bidang fonologi, sintaksis, maupun morfofonologi kedalam sebuah
kalimat bahasa indonesia yang baik dan
benar.
2. Isi
Pertama dalam aliran Praha ini adalah di
bidang Fonologi. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi (bahasa), bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam fonologi dibedakan menjadi dua
yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari pembentukan
bunyi bahasa. Fonetik dibedakan atas tiga jenis, yaitu: Fonetik Artikulatoris,
Fonetik Akustis, dan Fonetik Auditoris. Fonetik
artikulatoris mempelajari mekanisme alat bicara manusia. Fonetik akustis
mempelajari bunyi sebagai gejala fisis. Fonetik auditoris mempelajari mekanisme
telinga menerima bunyi bahasa. Sedangkan
fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa sebagai pembeda arti. Ukuran untuk menentukan apakah
bunyi-bunyi ujaran beroposisi atau tidak adalah makna : perbedaan fonetis yang
tidak menimbulkan perbedaan semantik tidaklah di distingitif. Dalam bahasa Indonesia, misalnya,
kontras antara p dan b, dan antara t dan d dapat terjadi pada posisi awal dan
tengah, seperti pada contoh (1) tetapi tidak terjadi pada posisi akhir, seperti
pada contoh (2) karena maknanya tetap sama.
(1) paku x baku, tepas x tebas
(2) adat x adad, jawab
x jawap
Ketiadaan kontras
seperti ini disebut netralisasi dan varian yang dihasilkan dari netralisasi
disebut arkifonem, yang lazim dilambangkan dengan huruf besar. Dalam contoh
/jawab/ X /jawap/ arkifonemnya dapat dilambangkan dengan huruf /P/ atau /B/ dan
dalam contoh /abad/ X /abat/ arkifonemnya dilambangkan dengan huruf /D/ atau
/T/.Demikianlah, fonem merupakan seberkas ciri-ciri pembeda. Selanjutnya, fonem
dapat dibatasi sebagai suatu rangkaian pilihan berpasangan.
Dalam ajaran fonologi tersebut siswa diharapkan
dapat memahami dan bisa mengucapkan suatu kalimat bahasa indonesia dengan baik
dan benar. Selain itu siswa seharusnya bisa mengerti bagaimana pembentukan
proses suatu bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia dan bisa mengerti
maknanya. Dengan berkembangnya zaman tersebut banyak siswa sekolah yang
kesulitan untuk mengucapkan suatu bahasa indonesia dengan baik, walaupun bahasa
indonesia merupakan bahasa sehari-hari. Tetapi kenyataanya mereka masih lemah. Dengan
adanya pelajaran fonologi tersebut yang diterapkan disekolah dapat membantu
siswa untuk mengucapkan suatu bunyi bahsa dengan baik dan benar.
Yang kedua dalam aliran praha ini dibidang
morfofonologi. Morfofonolgi merupakan Bidang yang
menghubungkan tingkat fonologi dan morfologi. Dalam bidang ini siswa meneliti
perubahan-perubahan fonologis yang terjadi akibat hubungan morfem dengan morfem
pada sebuah kalimat. Misal fonem /p/ dan /b/ tidak berkontras, tetapi bila kata
/jawab/ yang mungkin dilafalkan /jawap/ atau /jawap/ diimbuhi sufiks-an, maka
hasilnya adalah /jawaban/ dan bukannya /jawapan/. Jadi siswa menhubungkan bunyi
bahasa dan struktur kalimat bahsa indoneisa supaya dapat dilafalkan secara
benar.
Yang
ketiga dalam aliran praha dibidang sintaksis. Sintaksis merupakan membicarakan
kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu
satuan ujaran. Dalam sistaksis siswa mempelajari tentang 1) struktur sintaksis
mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis, 2) dalam satuan- satuan
sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. 3) hal-hal lain
yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dll. Siswa pada
saat ini sangat lemah dengan membuat kalimat secara benar, mereka tanpa
memperhatikan struktur kalimatnya. Contoh pada kalimat “Ani Belajar Matematika
setiap hari dirumah sofi”. Siswa harus tahu struktur kalimatnya dimana “Ani”
sebagai Subjek, “Belajar “ sebagai Predikat, “Matematika” sebagai Objek, dan
“setiap hari dirumah sofi” sebagai Keterangan. Selain struktur formalnya juga
terdapat sruktur informasinta yaitu “Tema dan Rema”. Tema adalah apa yang
dibicarakan, sedangkan rema adalah apa yang dikatakan tema. Tiap kalimat
terdiri dari dua bagian, yaitu tema dan rema. Yang sangat tinggi tatarannya dalam sintaksis
ini wacana. Terkadang siswa sulit untuk mengindentifikasi dalam sebuah wacana
tersebut. dengan adanya sintaksis ini diharapkan siswa tidak kesulitan dalam
membuat sebuah kalimat, frase, klausa maupun wacana, sehingga bahasa indonesia
bisa terus untuk dikembangkan dengan baik dan benar secara tulisan maupun
lisan.
0 komentar:
Posting Komentar