Rabu, 18 Desember 2013

Morfologi

 JENIS MORFEM BAHASA INDONESIA
A.Jenis Morfem Berdasarkan Kemampuan Berdistribusi
 Apabila diteliti lebih lanjut, ternyata bentuk-bentuk linguistik antara satu dengan lainnya mempunyai sifat tertentu dalam tuturan biasa.
·         Bentuk-bentuk yang dapat dipakai secara tersendiri dalam kalimat atau tuturan biasa disebut bentuk bebas atau free form atau free morpheme contohnya kamu, mana ,bisinis,dll.
·          Bentuk- bentuk linguistik yang berkondisi tidak dapat berdiri sendiri itu biasanya disebut sebagai bentuk terikat (bound form atau  bound morpheme),contohnya antara bentuk urus-  dan  –an pada kalimat selalu urusan bisinis tidak dapat disisipi bentuk lain apapun.
·         Sedangkan bentuk yang masih mempunyai kebebasan dikatakan sebagai bentuk semibebas (semi-free form atau  semi free morpheme).
·         Bentuk yang sangat terikat itu disebut bentuk unik  atau unique form atau unique morpheme, contohnya kata balau pada  kalimat Modelnya kacau balau begini dari kuliah.
B. Jenis Morfem Berdasarkan Produktivitasnya
            Bentuk-bentuk linguistik dapat dijeniskan atas dasar kemampuannya membentuk kata-kata. Biasanya hanya dibatasipada morfem-morfem terikat, khusunya afiks.  Dalam bahasa indonesia, ada morfem afiks yang sangat produktif membentuk kata-kata baru, ada yang tak produktif, bahkan ada yang sedang cenderung produktif dan sedang cenderung tak produktif.
·         Misalnya morfem afiks {ke-an} dapat membentuk kata baru : keterlaluan,keadilan,dll.
·         Kondisi yang sama dialami Afiks {-em-},{-el-},dan {-er-} pada kata gemetar, telunjuk, dan gerigi.
·         Kata Samsuri dalam morfologi dan Pembentukan kata(1988:18) bahwa ketiga afiks itu hanya mampu berproduksi saat dalam bahasa melayu dahulu,tetapi dalam bahasa Indonesia sekarang sama sekali tidak produktif.
·         Afiks produktif (productive affix) adalah morfem afiks yang terus menerus mampu membentuk kata-kata baru.
·         Afiks tak produktif (unproductive affix) adalah morfem afiks yang sudah tidak mampu lagi membentuk kata-kata baru.
C. Jenis Morfem Berdasarkan Relasi Antar Unsurnya
            Morfem-morfem segmental dalam bahasa Indonesia, ada yang unsur-unsurnya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pemakaiannya, tetapi ada pula yang sebaliknya. Contoh dalam kalimat kesuksesan selalu didambakan setiap manusia yang ingin maju. Kalimat itu terdiri atas 8 kata. Ada yang terdiri atas satu morfem (selalu,manusia, yang,ingin, maju), yang terdiri atas dua morfem (kesuksesan, setiap), dan yang terdiri atas tiga morfem (didambakan). Dalam pemakaiannya, unsur-unsur (dalam hal ini berupa fonem-fonem) yang membentuk morfem selalu, manusia, yang, inigin, maju, sukses, damba, se-, di-, dan –kan merupakan deretan fonem yang tak terpisahkan antara satu dengan lainnya.
Ø  Morfem utuh adalah morfem yang deretannya tidak terpisahkan
Ø  Morfem terbelah adalah morfem yang terpisah dalam pemakaiannya, seperti {ke-an}
D. Jenis Morfem Berdasarkan Sumbernya
            Berdasarkan sumbernya, morfem bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas morfem yang berasal dari bahsa Indonesia asli, morfem yang berasal dari bahasa daerah yang berada di wilayah Indonesia, dan morfem yang berasal dari bahasa asing.
·         Morfem afiks yang berasal dari bahasa Indonesia asli dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu : prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
·         Yang tergolong prefiks adalah {meN-},{ber-},{peN-},dsb. Yang tergolong infiks adalah {-el-}, {-em-}, dan {-er-}. Yang tergolong sufiks adalah {-an},{-kan},dan {-i}
Yang tergolong konfiks adalah {pe-an}, {ke-an}, {per-an}.
·         Morfem afiks seperti {ke-} dalam ketawa, {pra-} dalam prasangka, {-wan} dalam peragawan, {bi-} dalam bilingual, {non-} dalam nonpolitik adalah morfem afiks serapan yang dipakai dalam bahasa Indonesia.
·         Apabila morfem afiks yang berasal dari dari bahasa Indonesia asli hanya mempunyai arti gramatikal saja, maka afiks asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia pun harus demikian.
·         Dilihat dari distribusinya, apabila afiks {peN-an} misalnya, mampu melekat pada bentuk dasar dari bahasa Indonesia asli dan bentuk dasar serapan, maka afiks asing yang masuk kedalam bahsa Indonesia pun relatif harus mempunyai kemampuan demikian. Bentuk {-is} dalam pancasilais dan {-isasi} dalam turinisasi menunjukkan bahwa afiks asing itu telah menjadi keluarga bahasa Indonesia sebab afiks itu telah mampu melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia asli.
E. Jenis Morfem Berdasarkan Jumlah Fonem Yang Menjadi Unsurnya
            Dilihat dari jumlahnya, morfem-morfem itu ada yang berunsur satu fonem, tetapi ada juga yang berunsur lebih dari satu fonem.
Ø  Morfem yang berunsur satu fonem disebut monofonemis. Misalnya morfem {-i} dalam memtiki dan {a-} dalam amoral.
Ø  Morfem yang berunsur lebih dai satu fonem disebut polifonemis. Misalnya {an-}, {di-}, {ke-} (dua fonem), {ber-}, {meN-}, {dua}. {itu}, {api} (tiga fonem), {satu}, {daki}(empat fonem), {serta}, {makin} (lima fonem), {bentuk}, {sambil}(enam fonem), {cokelat}, (tujuh fonem), {semboyan}, {kerontang} (delapan fonem), {penasaran}, {sederhana} (Sembilan fonem), {malapetaka} (sepuluh fonem).
Ø  Secara konkret, morfem yang monofonemis itu hanyalah morfem afiks, sedangkan morfem-morfem yang berjenis lain belum ada yang monofonemis.
F. Jenis Morfem Berdasarkan Keterbukaannya Bergabung Dengan Morfem Lain
Dalam pemakaiannya, morfem-morfem bahasa indonesia ada yang mempunyai kemungkinan bergabung dengan morfem lain, tetapi ada juga yang tidak.
Kata-kata benda yang dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan pekerjaan, misalnya paku, bajak, jarum dan tongkat, mempunyai sifat keterbukaan yang berbeda. Kata paku dan bajak dapat dibentuk menjadi konstruksi yang lebih besar dengan membubuhkan afiks {meN-} dan {di-} sehingga menjadi memaku, dipaku, membajak dan dipajak. Akan tetapi, untuk membentuk konsep ‘melakukan pekerjan dengan alat jarum’ dan ‘melakukan pekerjaan dengan alat tongkat’, penutur bahasa indonesia belum pernah terdengar menggunakan konstruksi “menjarum dan menongkat”. Konsep itu hanya dapat menggunakan bentuk urai, misalnya menjahit dengan jarum dan memukul dengan tongkat. Oleh sebab itu, bentuk paku dan bajak dikatakan sebagai bentuk terbuka, sedangkan bentuk jarum dan tongkat dikatakan sebagai bentuk tertutup.
G. Jenis Morfem Berdasarkan Bermakna Tidaknya
            Atas dasar bermakna tidaknya morfem, ia bisa dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok yang tidak bermakna.
o   Morfem kelompok bermakna : sesuai dengan namanya –selalu bermakna, maknanya bisa dicari dalam kamus=kamus umum. Contohnya: lapar, lapor, kuda, merah, dll. Karena morfemnya langsung bermakna dan maknanya bisa diperiksa dalam kamus, bisa juga disebut morfem leksikal.
o   Morfem kelompok tidak bermakna : memang tidak punya makna (sendri). Contohnya {ter-}, {di-}, {peN-}, {se-}, {-i}, {-an}, {-el}, dll. Kelompok ini baru diketahui maknanya bila sudah berada dalam konstruksi yang lebih besar, atau dikatakan melekat pada bentuk- bentuk dasar, bentuk dari kelompok pertama. Karena itulah, morfem-morfem ini disebut saja morfem gramatikal.





BAB 3 : DISTRIBUSI MORFEM BAHASA INDONESIA
A.Distribusi Morfem Imbuhan (AFIKS)
            Morfem imbuhan dalam bahasa indonesia tergolong morfem terikat. Oleh sebab itu, dalam penggunaannya, selalu bergandeng atau digandengkan dengan bentuk atau morfem lain. Karena bentuk-bentuk yang dilekati oleh morfem imbuhan ini merupakan bentuk dasar, kiranya lebih tepat apabila kedua bentuk itu disebut bentuk dasar bebas dan bentuk dasar terikat.
1.      Penggabungan Morfem Imbuhan dengan Bentuk Dasar Bebas.
Segala morfem imbuhan baik imbuhan awal(prefiks), imbuhan tengah (infiks), imbuhan akhir (sufiks), maupun imbuhan terbelah (konfiks atau simulfiks), dapat bergabung dengan bentuk dasar bebas.
2.      Penggabungan Morfem Imbuhan dengan Bentuk Terikat.
Segala morfem imbuhan, baik prefiks, infiks, sufiks, maupun konfiks pun dapat
            Bergabung dengan bentuk dasar terikat.
B. Distribusi Morfem Ulang
            Berbeda dengan distribusi morfem afiks, morfem ulang dalam bahasa indonesia selalu bergabung dengan bentuk dasar bebas, baik bentuk dasar bebas tunggal maupun bentuk dasar bebas kompleks. Secara terperinci, kedua bentuk dasar yang dapat bergabung dengan morfem ulang.
1.      Penggabungan Morfem Ulang dengan Bentuk Dasar Bebas Tunggal Morfem dasar
Contoh: bebas tunggal (gunung) + morfem ulang = gunung-gunung,dll
2.      Penggabungan Morfem Ulang dengan Bentuk Dasar Kompleks Morfem dasar
Contoh : bebas kompleks (kebaikan)+ morfem ulang = kebaikan-kebaikan, dll.
C. Distribusi Morfem Dalam Bentuk Majemuk
            Unsur-unsur yang membentuk bentuk majemuk dalam bahasa indonesia mempunyai distribusi yang bermacam-macam. Misalnya, bentuk majemuk rumah makan,terdiri atas morfem {rumah} dan {makan}. Disamping dapat bergandeng secara majemuk dengan morfem {makan}, morfem {rumah} dapat juga bergandeng secara majemuk dengan morfem {api}, {dansa},dan {sakit}. Sehingga menjadi bentuk majemuk rumah api, rumah dansa, rumah sakit.
            Ada lagi bentuk majemuk yang salah satu unsurnya terdiri atas morfem terikat ketat atau morfem unik( unique morpheme) . bentuk majemuk gelap gulita, misalnya terdiri atas morfem {gelap} dan {gulita}. Morfem gelap tidak selalu bergabung dengan morfem gulita, tetapi gulita selalu bergabung dengan morfem gelap. Sebab itulah, morfem {gulita} dikatakan sebagai morfem terikat ketat atau morfem unik.

BAB 4 : KONSEP DASAR PROSES MORFOLOGIS
A.Pengertian Proses Morfologis
            Berdasarkan strukturnya, suatu kata dapat digolongkan atas dua macam, yaitu kata yang bermorfem tunggal atau monoforfemis dan kata yang bernorfem lebih dari satu atau poliformis. Peristiwa penggabungan morfem satu dengan morfem yang lain menjadi kata itulah yang disebut dengan proses morfologis.
B. Ciri Suatu Kata Yang Mengalami Proses Morfologis
            Morfem-morfem yang membentuk atau menjadi unsur  kata berbeda-beda fungsinya. Ada yang berfungsi sebagai tempat penggabungan dan ada yang berfungsi sebagai penggabung. Morfem yang sebagai tempat penggabungan biasanya disebut bentuk dasar.
·         Dilihat dari wujudnya, bentuk dasar dapat berupa pokok kata, bahkan berupa kelompok kata. misalnya, bentuk dasar kata menemukan, berjuang, dan perhubungan adalah pokok kata temu, juang, dan hubung.
·         Ciri lain bahwa suatu kata dikatakan mengalami proses morfologis ialah penggabungan atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami perubahan arti.
·         Contoh kata membantu. Kata itu hasil perpaduan bentuk dasar bantu dan afiks   {meN-}. Bentuk dasar bantu diikuti dengan penyesuaian bunyi, yaitu dari {meN-} menjadi {mem-}. Penyesuaian ini didasarkan atas sifat bunyi awal bentuk dasarnya. Karena bunyi awal bentuk dasar bantu adalah bilabial(bunyi bibir), bunyi akhir afiks {meN-} juga menyesuaikan diri menjadi bunyi nasal bilabial sehingga menjadi mem-. Penggabungan morfem lainnya yang mempunyai ciri sama misalnya {meN-}dengan buat,,bidik, bujuk,basmi, dll.
C. Macam Proses Morfologis
            Dalam bahasa indonesia, peristiwa pembentukkan kata ada tiga macam yaitu :
*      Pembentukkan kata dengan menambahkan morfem afiks pada bentuk dasar. Misalnya kata menulis terbentuk dari bentuk dasar tulis dan morfem imbuhan {meN-}.
*      Pembentukkan kata dengan mengulang bentuk dasar. Misalnya kata murid-murid terbentuk dari bentuk dasar murid, dengan morfem {ulang}
*      Pembentukkan kata dengan menggabungkan dua atau lebih bentuk dasar. Misalnya kata meja hijau yang terbentuk dari bentuk dasar meja dan hijau.


D. Pembentukkan Kata di Luar Proses Morfologis
            Proses morfologis mencatat hal-hal deskriptif dalam pembentukkan kata-kata (baru). Di luar itu, masih ada pembentukkan kata-kata baru dengan proses lain, yaitu akronim, abreviasi,abrevi-akronim,  kontraksi, kliping, dan afiksasi pungutan.
*      Akronim amat banyak dan sudah lama, apalagi akronimisasi merupakan gejala yang semakin frekuensi saja. Contoh dalam bahasa jawa paklik (bapak cilik),dalam bahasa indonesia contohnya pusdiklat (pusat pendidikan dan pelatihan),dll
*      Aberviasi adalah apa yang sehari-hari disebut “singkatan” (Sudaryanto,1983: 230). Yang diambil biasanya huruf terdepan, misalnya ABC (Anggota Bromo Corah),dll
*      Abreviakronim adalah gabungan antara akronim dengan abreviasi. Misalnya polri (Polisi Republik Indonesia),dll
*      Kontraksi atau pengerutan. Misalnya begitu(bagai itu), begini (bagai ini),dll
*      Kliping merupakan pengambilan suku khusus dalam kata yang selanjutnya dianggap sebagai kata baru. Misalnya influensa menjadi flu, profesional  menjadi  prof,dll

*      Proses dengan afiksasi pungutan tidak asing lagi. Kita lihat {anti-} (antikomunis, anti kekerasan), {non-} (nonformal, non –Amerika, non-pemerintah),dll

0 komentar:

Posting Komentar