JENIS MORFEM BAHASA INDONESIA
A.Jenis Morfem
Berdasarkan Kemampuan Berdistribusi
Apabila diteliti lebih lanjut, ternyata bentuk-bentuk
linguistik antara satu dengan lainnya mempunyai sifat tertentu dalam tuturan
biasa.
·
Bentuk-bentuk yang dapat dipakai secara
tersendiri dalam kalimat atau tuturan biasa disebut bentuk bebas atau free form atau
free morpheme contohnya kamu, mana
,bisinis,dll.
·
Bentuk- bentuk
linguistik yang berkondisi tidak dapat berdiri sendiri itu biasanya disebut
sebagai bentuk terikat (bound form atau bound morpheme),contohnya
antara bentuk urus- dan –an pada kalimat selalu urusan bisinis tidak dapat disisipi bentuk lain apapun.
·
Sedangkan bentuk yang masih mempunyai
kebebasan dikatakan sebagai bentuk
semibebas (semi-free form atau semi
free morpheme).
·
Bentuk yang sangat terikat itu disebut bentuk unik atau unique
form atau unique morpheme, contohnya
kata balau pada kalimat Modelnya
kacau balau begini dari kuliah.
B. Jenis Morfem
Berdasarkan Produktivitasnya
Bentuk-bentuk linguistik dapat dijeniskan atas dasar
kemampuannya membentuk kata-kata. Biasanya hanya dibatasipada morfem-morfem
terikat, khusunya afiks. Dalam bahasa
indonesia, ada morfem afiks yang sangat produktif membentuk kata-kata baru, ada
yang tak produktif, bahkan ada yang sedang cenderung produktif dan sedang
cenderung tak produktif.
·
Misalnya morfem afiks {ke-an} dapat membentuk kata baru :
keterlaluan,keadilan,dll.
·
Kondisi
yang sama dialami Afiks {-em-},{-el-},dan {-er-} pada kata gemetar, telunjuk, dan gerigi.
·
Kata
Samsuri dalam morfologi dan Pembentukan kata(1988:18) bahwa ketiga
afiks itu hanya mampu berproduksi saat dalam bahasa melayu dahulu,tetapi dalam
bahasa Indonesia sekarang sama sekali tidak produktif.
·
Afiks produktif (productive
affix) adalah morfem afiks yang terus menerus mampu membentuk kata-kata
baru.
·
Afiks tak produktif (unproductive
affix) adalah morfem afiks yang sudah tidak mampu lagi membentuk kata-kata
baru.
C. Jenis Morfem Berdasarkan Relasi Antar Unsurnya
Morfem-morfem
segmental dalam bahasa Indonesia, ada yang unsur-unsurnya merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan dalam pemakaiannya, tetapi ada pula yang
sebaliknya. Contoh dalam kalimat kesuksesan
selalu didambakan setiap manusia yang ingin maju. Kalimat itu terdiri atas
8 kata. Ada yang terdiri atas satu morfem (selalu,manusia,
yang,ingin, maju), yang terdiri atas dua morfem (kesuksesan, setiap), dan yang terdiri atas tiga morfem (didambakan). Dalam pemakaiannya,
unsur-unsur (dalam hal ini berupa fonem-fonem) yang membentuk morfem selalu, manusia, yang, inigin, maju, sukses,
damba, se-, di-, dan –kan merupakan deretan fonem yang tak terpisahkan antara
satu dengan lainnya.
Ø Morfem
utuh adalah morfem
yang deretannya tidak terpisahkan
Ø Morfem
terbelah adalah morfem
yang terpisah dalam pemakaiannya, seperti {ke-an}
D. Jenis Morfem Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan
sumbernya, morfem bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas morfem yang berasal
dari bahsa Indonesia asli, morfem yang berasal dari bahasa daerah yang berada
di wilayah Indonesia, dan morfem yang berasal dari bahasa asing.
·
Morfem
afiks yang berasal dari bahasa Indonesia asli dapat digolongkan menjadi empat
kelompok, yaitu : prefiks, infiks,
sufiks, dan konfiks.
·
Yang
tergolong prefiks adalah
{meN-},{ber-},{peN-},dsb. Yang tergolong infiks adalah {-el-}, {-em-}, dan
{-er-}. Yang tergolong sufiks adalah {-an},{-kan},dan {-i}
Yang tergolong konfiks adalah {pe-an}, {ke-an},
{per-an}.
·
Morfem
afiks seperti {ke-} dalam ketawa, {pra-} dalam prasangka, {-wan} dalam
peragawan, {bi-} dalam bilingual, {non-} dalam nonpolitik adalah morfem afiks
serapan yang dipakai dalam bahasa Indonesia.
·
Apabila
morfem afiks yang berasal dari dari bahasa Indonesia asli hanya mempunyai arti
gramatikal saja, maka afiks asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia pun harus
demikian.
·
Dilihat
dari distribusinya, apabila afiks {peN-an} misalnya, mampu melekat pada bentuk
dasar dari bahasa Indonesia asli dan bentuk dasar serapan, maka afiks asing
yang masuk kedalam bahsa Indonesia pun relatif harus mempunyai kemampuan
demikian. Bentuk {-is} dalam pancasilais dan
{-isasi} dalam turinisasi menunjukkan bahwa afiks asing itu telah menjadi keluarga
bahasa Indonesia sebab afiks itu telah mampu melekat pada bentuk dasar bahasa
Indonesia asli.
E. Jenis Morfem Berdasarkan Jumlah Fonem Yang Menjadi
Unsurnya
Dilihat dari jumlahnya, morfem-morfem
itu ada yang berunsur satu fonem, tetapi ada juga yang berunsur lebih dari satu
fonem.
Ø Morfem yang berunsur satu fonem disebut monofonemis. Misalnya morfem {-i} dalam
memtiki dan {a-} dalam amoral.
Ø Morfem yang berunsur lebih dai satu fonem disebut polifonemis. Misalnya {an-}, {di-},
{ke-} (dua fonem), {ber-}, {meN-}, {dua}. {itu}, {api} (tiga fonem), {satu},
{daki}(empat fonem), {serta}, {makin} (lima fonem), {bentuk}, {sambil}(enam
fonem), {cokelat}, (tujuh fonem), {semboyan}, {kerontang} (delapan fonem),
{penasaran}, {sederhana} (Sembilan fonem), {malapetaka} (sepuluh fonem).
Ø Secara konkret, morfem yang monofonemis itu hanyalah
morfem afiks, sedangkan morfem-morfem yang berjenis lain belum ada yang
monofonemis.
F. Jenis Morfem Berdasarkan Keterbukaannya Bergabung
Dengan Morfem Lain
Dalam
pemakaiannya, morfem-morfem bahasa indonesia ada yang mempunyai kemungkinan
bergabung dengan morfem lain, tetapi ada juga yang tidak.
Kata-kata
benda yang dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan pekerjaan, misalnya paku, bajak, jarum dan tongkat, mempunyai sifat keterbukaan
yang berbeda. Kata paku dan bajak dapat dibentuk menjadi konstruksi
yang lebih besar dengan membubuhkan afiks {meN-} dan {di-} sehingga menjadi memaku, dipaku, membajak dan dipajak. Akan tetapi, untuk membentuk
konsep ‘melakukan pekerjan dengan alat jarum’ dan ‘melakukan pekerjaan dengan
alat tongkat’, penutur bahasa indonesia belum pernah terdengar menggunakan
konstruksi “menjarum dan menongkat”. Konsep itu hanya dapat
menggunakan bentuk urai, misalnya menjahit
dengan jarum dan memukul dengan
tongkat. Oleh sebab itu, bentuk paku dan
bajak dikatakan sebagai bentuk terbuka, sedangkan bentuk jarum dan tongkat dikatakan sebagai bentuk
tertutup.
G. Jenis Morfem
Berdasarkan Bermakna Tidaknya
Atas dasar bermakna tidaknya morfem, ia bisa
dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok
yang tidak bermakna.
o
Morfem kelompok bermakna : sesuai dengan
namanya –selalu bermakna, maknanya bisa dicari dalam kamus=kamus umum.
Contohnya: lapar, lapor, kuda, merah, dll. Karena morfemnya langsung bermakna
dan maknanya bisa diperiksa dalam kamus, bisa juga disebut morfem leksikal.
o
Morfem kelompok tidak bermakna : memang
tidak punya makna (sendri). Contohnya {ter-}, {di-}, {peN-}, {se-}, {-i},
{-an}, {-el}, dll. Kelompok ini baru diketahui maknanya bila sudah berada dalam
konstruksi yang lebih besar, atau dikatakan melekat pada bentuk- bentuk dasar,
bentuk dari kelompok pertama. Karena itulah, morfem-morfem ini disebut saja morfem gramatikal.
BAB
3 : DISTRIBUSI MORFEM BAHASA INDONESIA
A.Distribusi Morfem
Imbuhan (AFIKS)
Morfem imbuhan dalam bahasa indonesia tergolong morfem
terikat. Oleh sebab itu, dalam penggunaannya, selalu bergandeng atau
digandengkan dengan bentuk atau morfem lain. Karena bentuk-bentuk yang dilekati
oleh morfem imbuhan ini merupakan bentuk dasar, kiranya lebih tepat apabila
kedua bentuk itu disebut bentuk dasar
bebas dan bentuk dasar terikat.
1.
Penggabungan Morfem Imbuhan dengan
Bentuk Dasar Bebas.
Segala
morfem imbuhan baik imbuhan awal(prefiks),
imbuhan tengah (infiks), imbuhan
akhir (sufiks), maupun imbuhan
terbelah (konfiks atau simulfiks), dapat bergabung dengan
bentuk dasar bebas.
2.
Penggabungan Morfem Imbuhan dengan
Bentuk Terikat.
Segala
morfem imbuhan, baik prefiks, infiks,
sufiks, maupun konfiks pun dapat
Bergabung dengan bentuk dasar terikat.
B. Distribusi Morfem
Ulang
Berbeda dengan distribusi morfem afiks, morfem ulang
dalam bahasa indonesia selalu bergabung dengan bentuk dasar bebas, baik bentuk
dasar bebas tunggal maupun bentuk dasar bebas kompleks. Secara terperinci,
kedua bentuk dasar yang dapat bergabung dengan morfem ulang.
1. Penggabungan
Morfem Ulang dengan Bentuk Dasar Bebas Tunggal Morfem dasar
Contoh:
bebas tunggal (gunung) + morfem ulang = gunung-gunung,dll
2. Penggabungan
Morfem Ulang dengan Bentuk Dasar Kompleks Morfem dasar
Contoh
: bebas kompleks (kebaikan)+ morfem ulang = kebaikan-kebaikan, dll.
C. Distribusi Morfem
Dalam Bentuk Majemuk
Unsur-unsur yang membentuk bentuk majemuk dalam bahasa
indonesia mempunyai distribusi yang bermacam-macam. Misalnya, bentuk majemuk rumah makan,terdiri atas morfem {rumah}
dan {makan}. Disamping dapat bergandeng secara majemuk dengan morfem {makan},
morfem {rumah} dapat juga bergandeng secara majemuk dengan morfem {api},
{dansa},dan {sakit}. Sehingga menjadi bentuk majemuk rumah api, rumah dansa, rumah sakit.
Ada lagi bentuk majemuk yang salah satu unsurnya terdiri
atas morfem terikat ketat atau morfem unik( unique
morpheme) . bentuk majemuk gelap
gulita, misalnya terdiri atas morfem {gelap} dan {gulita}. Morfem gelap
tidak selalu bergabung dengan morfem gulita,
tetapi gulita selalu bergabung
dengan morfem gelap. Sebab itulah,
morfem {gulita} dikatakan sebagai morfem terikat ketat atau morfem unik.
BAB
4 : KONSEP DASAR PROSES MORFOLOGIS
A.Pengertian Proses
Morfologis
Berdasarkan strukturnya, suatu kata dapat digolongkan
atas dua macam, yaitu kata yang bermorfem tunggal atau monoforfemis dan kata yang bernorfem lebih dari satu atau poliformis. Peristiwa penggabungan
morfem satu dengan morfem yang lain menjadi kata itulah yang disebut dengan proses morfologis.
B. Ciri Suatu Kata Yang
Mengalami Proses Morfologis
Morfem-morfem yang membentuk atau menjadi unsur kata berbeda-beda fungsinya. Ada yang
berfungsi sebagai tempat penggabungan dan ada yang berfungsi sebagai
penggabung. Morfem yang sebagai tempat penggabungan biasanya disebut bentuk dasar.
·
Dilihat dari wujudnya, bentuk dasar
dapat berupa pokok kata, bahkan berupa kelompok kata. misalnya, bentuk dasar
kata menemukan, berjuang, dan perhubungan adalah pokok kata temu, juang, dan hubung.
·
Ciri lain bahwa suatu kata dikatakan
mengalami proses morfologis ialah penggabungan atau perpaduan morfem-morfem itu
mengalami perubahan arti.
·
Contoh kata membantu. Kata itu hasil perpaduan bentuk dasar bantu dan afiks {meN-}. Bentuk dasar bantu diikuti dengan
penyesuaian bunyi, yaitu dari {meN-} menjadi {mem-}. Penyesuaian ini didasarkan
atas sifat bunyi awal bentuk dasarnya. Karena bunyi awal bentuk dasar bantu
adalah bilabial(bunyi bibir), bunyi akhir afiks {meN-} juga menyesuaikan diri
menjadi bunyi nasal bilabial sehingga menjadi mem-. Penggabungan morfem lainnya
yang mempunyai ciri sama misalnya {meN-}dengan buat,,bidik, bujuk,basmi, dll.
C. Macam Proses
Morfologis
Dalam bahasa indonesia, peristiwa pembentukkan kata ada
tiga macam yaitu :
Pembentukkan kata dengan menambahkan
morfem afiks pada bentuk dasar. Misalnya kata menulis terbentuk dari bentuk dasar tulis dan morfem imbuhan {meN-}.
Pembentukkan kata dengan mengulang
bentuk dasar. Misalnya kata murid-murid terbentuk
dari bentuk dasar murid, dengan
morfem {ulang}
Pembentukkan kata dengan menggabungkan
dua atau lebih bentuk dasar. Misalnya kata meja
hijau yang terbentuk dari bentuk dasar meja
dan hijau.
D. Pembentukkan Kata di
Luar Proses Morfologis
Proses morfologis mencatat hal-hal deskriptif dalam
pembentukkan kata-kata (baru). Di luar itu, masih ada pembentukkan kata-kata
baru dengan proses lain, yaitu akronim, abreviasi,abrevi-akronim, kontraksi, kliping, dan afiksasi pungutan.
Akronim amat banyak dan sudah lama,
apalagi akronimisasi merupakan gejala yang semakin frekuensi saja. Contoh dalam
bahasa jawa paklik (bapak cilik),dalam
bahasa indonesia contohnya pusdiklat
(pusat pendidikan dan pelatihan),dll
Aberviasi adalah apa yang sehari-hari
disebut “singkatan” (Sudaryanto,1983: 230). Yang diambil biasanya huruf
terdepan, misalnya ABC (Anggota Bromo Corah),dll
Abreviakronim adalah gabungan antara
akronim dengan abreviasi. Misalnya polri
(Polisi Republik Indonesia),dll
Kontraksi atau pengerutan. Misalnya begitu(bagai itu), begini (bagai ini),dll
Kliping merupakan pengambilan suku
khusus dalam kata yang selanjutnya dianggap sebagai kata baru. Misalnya influensa menjadi flu, profesional menjadi prof,dll
Proses dengan afiksasi pungutan tidak
asing lagi. Kita lihat {anti-} (antikomunis,
anti kekerasan), {non-} (nonformal,
non –Amerika, non-pemerintah),dll
0 komentar:
Posting Komentar